Selasa, 08 Mei 2012

Please, Comeback to Me Girl

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 12:02 PM 1 komentar

Jungsoo mengedarkan pandangannya kearah jalanan yang tampak penuh namun pikirannya melayang pada satu nama yang selama 4 tahun ini selalu melekat dalam benaknya. Shin Min Young. Gadis itu mampu memporak-porandakan seluruh perasaannya saat ini.

Ia pergi disaat dirinya mengalami koma setelah kecelakaan yang dialaminya dengan gadis itu. Ibunya sendiri yang mengatakan kalau gadis pujaannya itu menikah dengan pria lain bernama Choi Siwon saat ia baru saja bangun dari komanya. Jungsoo tak bisa berbuat banyak saat itu karena kondisi badannya yang tidak memungkinkan.

Sebuah cappuccino hangat tersaji didepannya membuyarkan lamunannya. Jungsoo menyeruput minumannya sebelum memalingkan wajahnya lagi keluar jendela café. Diingatannya masih jelas terbayang wajah manis gadis yang sudah menemaninya selama setahun itu.

Tak ada kekecewaan dalam hatinya saat mengetahui gadisnya dinikahi pria lain. Ia bahkan menyesali dirinya karena ketidakmampuannya menjaga gadis itu. Ditatapnya seorang wanita sambil menggandeng tangan seorang anak perempuan yang berumur sekitar 4 tahun berjalan ditengah keramaian.

Entah kenapa wajah wanita itu mengingatkan Jungsoo lagi pada sosok Min Young. Senyumnya, parasnya dan caranya tertawa benar-benar mirip mantan kekasihnya itu. Ada ketukan hati Jungsoo yang menyuruhnya untuk mengikuti wanita itu dan anaknya.

Jungsoo mengeluarkan dompetnya dan menaruh beberapa lembar uang won diatas meja dan meninggalkan segelas cappuccino hangat yang masih tersisa separuh hanya untuk bergegas mengikuti wanita tadi.
Ia merasa seperti ada magnet ditubuh wanita itu hingga ia mampu menarik Jungsoo. Sama seperti pesona Min Young yang menarik Jungsoo kala itu.

Jungsoo mempercepat langkahnya setelah merasa tertinggal jauh dari wanita itu lalu ia memperlambat langkahnya saat merasa jaraknya terlalu dekat. Rambut panjang wanita itu sangat mirip dengan rambut yang dimiliki Min Young. Ia akui semua wanita bisa saja memiliki rambut sepanjang itu namun ia yakin sekali wanita ini mirip sekali dengan mantan kekasihnya itu.

Eomma, aku mau pelmen,” ucap anak kecil yang digandeng wanita tadi setelah melihat sebuah stan permen lollipop dipinggir jalan. Wanita tadi hanya tersenyum lalu menepi ke stan permen tersebut. “Jangan makan banyak-banyak ya, gigimu bisa rusak.”

DEG

Jantung Jungsoo berdetak kencang saat mendengar suaranya. Itu suara Min Young. Ia yakin itu suara Min Young!

Kedua perempuan itu melanjutkan kembali langkah mereka. Jungsoo masih setia mengikuti mereka. Diperhatikannya lagi lekuk tubuh wanita tadi agar ia tidak salah mengenali. “Min Young,” panggilnya lirih saat mereka memasuki sebuah gang sepi.

Langkah wanita tadi perlahan berhenti seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Ia menoleh kebelakang dan mendapatkan sosok Jungsoo –Pria yang dirindukannya selama 4 tahun ini berada di hadapannya dan memandangnya dengan pancaran kerinduan.

Jungsoo melangkah mendekati wanita tadi. “Kau benar-benar Min Young?” tanyanya lirih sambil mencoba menyentuh wajah Min Young.

Eomma,” suara gadis kecil tadi seakan mencegah Jungsoo menyentuh wajah Min Young. Ia memandang Min Young dan Jungsoo tak mengerti. “Ini anakmu?” tanya Jungsoo.

Min Young takut-takut menganggukkan kepalanya. Jungsoo menurunkan pandangannya memandang jalanan aspal yang hitam pekat. Matanya panas menahan airmata. “Anakmu dengan Siwon?” tanya Jungsoo lagi dengan nada bergetar.

Min Young membelalakkan matanya tak percaya. “Siwon? Maksudmu Choi Siwon?” Min Young mencoba mengira-ngira maksud pertanyaan Jungsoo barusan.

Pria itu mengangguk perlahan. Airmatanya sudah jatuh membasahi pipinya. “Aku tidak pernah menikah dengan siapapun, Jungsoo.”
-ooOOoo-
Flasback

Min Youn terisak dikamarnya. Kecelakaan yang baru saja menimpa dirinya dan kekasihnya mengakibatkan hal yang fatal. Jungsoo koma karena benturan yang sangat kuat yang dialaminya tadi. Mereka hendak pergi berlibur menikmati musim panas disudut kota Incheon namun sayangnya mereka harus merasakan kerasnya dihantam truk besar

Tak lama terdengar suara ketukan pintu di kamarnya. Min Young menghapus airmatanya. “Masuklah,” ujarnya dengan suara parau. Pintu mulai terbuka dan menunjukkan sosok wanita paruh baya yang dikenalnya. Wajahnya menunjukkan kekecewaan sekaligus kesedihan yang mendalam

Min Young bisa mengerti bagaimana perasaan ibu Jungsoo saat ini. Ia juga merasakan hal yang sama saat ini. “Omonim,” panggil Min Young pelan saat langkah ibu Jungsoo semakin mendekat keranjangnya. Ia menghela nafasnya seakan ia susah untuk menghembuskan nafasnya dikamar Min Young.

Ditatapnya nanar wajah gadis yang menyebabkan semuanya terjadi. Sejak awal dia memang tidak menyukai hubungan anaknya dengan gadis yang dianggapnya pembawa sial itu. “Kau menyelakai putraku,” ujarnya sengit membuat Min Young mengatup mulutnya.
“Jangan pernah temui ia lagi. Jangan pernah muncul didalam keluarga kami lagi!” suaranya kian meninggi membuat gadis yang ditatapnya bahkan tak mampu bergerak sedikitpun. “Ta-Tapi aku mencintainya,” isakan tangis mulai terdengar disela kalimatnya.

Ibu Jungsoo membuang pandangannya menatap lampu yang berada diatas meja kecil disamping tempat tidur Min Young.

“Berhenti mencintainya. Jungsoo tak butuh cinta dari wanita sepertimu!” suara wanita paruh baya itu penuh kebencian kepada Min Young membuat gadis itu menangis semakin tersedu diatas ranjangnya.

Langkah wanita tua tadi perlahan menghilang dari pendengarannya menyisakan tangis yang kian dalam untuk keputusannya.

-oo-

Min Young membereskan pakaiannya sebelum pergi dari rumah sakit. Keadaan Jungsoo masih sama seperti kemarin-kemarin, seakan tak ada harapan baginya untuk bisa membuka mata. Min Young menghela nafasnya sambil menutup resleting tasnya. Ia kemudian melangkah meninggalkan kamarnya menuju kamar Jungsoo.

Ia ingin melihat Jungsoo sebelum ia benar-benar pergi dari kehidupan pria itu seperti permintaan ibunya. Min Young berjalan menunduk saat semakin dekat dengan kamar kekasihnya itu. Ia takut kedatangannya ditolak oleh ibu Jungsoo.
Kaki gadis itu berhenti tepat didepan pintu kamar Jungsoo. Tidak ada siapa-siapa disana, ia rasa keluarga Jungsoo sedang berada diluar. Min Young memegang pedal pintu namun ia kembali menurunkannya.

“Maafkan aku Jungsoo-ya, aku mencintaimu namun sepertinya cintaku padamu adalah salah. Aku harap kau bisa menemukan wanita selain aku. Sebenarnya ada satu hal bahagia yang ingin kusampaikan saat kau sadar nanti namun sepertinya aku harus memendamnya sendiri saja. Saranghae Jungsoo. Sampai bertemu lagi suatu saat nanti.”

Min Young menghentikan pembicaraannya dengan pintu putih dihadapannya dan berharap Jungsoo mendengar semua perkataannya barusan. Ia kemudian menghela nafasnya dan menganggap dirinya sendiri adalah orang bodoh.

Min Young memegang perutnya sekilas kemudian berjalan meninggalkan kamar itu sebelum ibu Jungsoo datang dan mengusirnya.

Langkah Min Young semakin menjauh dari tempat Jungsoo. Sementara didalam kamarnya Jungsoo mulai menunjukkan sedikit pergerakan di tangannya. Matanya perlahan terbuka dan menatap langit-langit kamar rumah sakit. Kepalanya masih berputar menimbulkan kebingungan didirinya.
Dicarinya sebuah alat pemanggil suster lalu ditekannya berulang kali. Tak lama seorang dokter dan beberapa suster masuk kekamarnya lalu mengecek kondisi badannya.

Yang ada dipikiran Jungsoo saat ini adalah kekasihnya. Shin Min Young yang suaranya baru saja terdengar dan berjanji akan mengatakan sesuatu yang bahagia. Jungsoo menggumamkan sesuatu yang bahkan tak bisa terdengar jelas. Tiba-tiba sebulir airmata mengalir dari matanya untuk alasan yang tidak ia ketahui.

-oo-

Jungsoo meringkuk di pojok kamarnya yang sekarang berantakkan karena ulahnya sendiri. Ibunya baru saja menyerahkan sebuah undangan pernikahan kepadanya. Mungkin jika sahabat atau temannya yang menikah ia akan ikut bahagia namun pada kenyataannya ia melihat nama kekasihnya sendiri di undangan tersebut.

“Kenapa Min Young? Apa salahku!” sungutnya penuh kemirisan dan isakan tangisnya. Wajahnya mulai memerah karena terlalu lama menangis. Ditelungkupkannya kepalanya diatas kasurnya tanpa menghentikan tangisnya. Namun sedetik kemudian ia menyimpulkan sendiri alasan mengapa Min Young memilih pria bernama Choi Siwon itu.

Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju jendela kamarnya. Matanya yang bengkak menerawang ingatannya kembali dan menyesali apa yang telah terjadi. “Andai aku tidak mengajakmu pergi saat itu dan andai kita tidak mengalami kecelakaan itu. Mungkin kau sekarang masih berada disisiku Min Young,” gumam Jungsoo pada semilir angin yang menerpanya.

Sebuah ketukan pintu mengejutkan pria itu. “Masuklah,” perintahnya. Terdengar suara pintu terbuka dan tapakan kaki mendekatinya. “Kamarmu berantakkan sekali Jungsoo-ya,” suara ibunya sedikit tercekat saat melihat mata Jungsoo yang membengkak. “Biarkan saja,” jawab Jungsoo begitu ketus membuat ibunya berdecak.

Hanya karena ditinggal wanita tak tahu diri itu sikap anaknya kini berubah drastis kepadanya. “Kau tidak perlu sedih. Ibu punya pengganti Min Young untukmu,” ujar ibunya penuh dengan kesombongan. Jungsoo masih menatapnya dengan wajah datar.

Dengan lembut ibu Jungsoo membelai lembut kepala anaknya. “Gadis ini bahkan lebih cantik 
 dibanding gadismu dulu Jungsoo. Kau pasti akan menyukainya.”

Jungsoo menepis pelan tangan ibunya yang masih membelai kepalanya. Ada perasaan ingin menolak didalam hatinya namun ia tidak mempunyai alasan jelas untuk melakukan hal itu. “Siapa namanya?” tanya Jungsoo membuat mata ibunya terbelalak bahagia karena bujukkannya berhasil.

“Namanya Han Min Yeul. Dia gadis keturunan China, keluarganya sangat terpandang di China. Dia bahkan sedang melanjutkan studinya di Amerika,” jawab ibunya penuh dengan semangat namun tatapan Jungsoo tetap sama. Kosong.

“Kalau dia sedang studi lalu bagaimana aku bisa bertemu dengannya?” tanya Jungsoo lagi berharap pertanyaannya kali ini bisa membuat ibunya menyudahi cerita panjangnya namun ternyata dugaan pria itu salah. Ibunya justru menjawab semakin lebar, “Kau tenang saja. Keluarganya sengaja membawanya pulang dulu untuk bertemu denganmu. Setelah kalian bertemu dan merasa cocok, dia bisa pulang ke Amerika dan setelah studinya selesai kami akan mempersiapkan pesta pernikahan kalian.”

“Bagaimana kalau kami tidak merasa cocok?” tanya Jungsoo langsung membuat ibunya terkejut. Namun raut tadi berubah lagi menjadi senyum licik yang amat dikenal Jungsoo. “Kau pasti akan menyukainya, percayalah.”

-oo-

“Lalu kau menikah?” Min Young memotong cerita Jungsoo. Pria itu menggeleng, “Dengarkan ceritaku dulu sampai selesai,” pintanya.

Min Young mengangguk sambil mengusap kepala gadis kecil yang kini tidur dipangkuannya. Jungsoo menatap gadis kecil itu lembut. “Jadi ini anakku?” tanya Jungsoo memecahkan kesunyian diantara mereka.

Min Young mengangguk. “Siapa namanya?” tanya Jungsoo lagi sambil tersenyum.

“Park Hye Jung,” jawab Min Young. Jungsoo mengalihkan pandangannya menatap Min Young. “Kau memberikan nama yang indah untuknya.”

Wajah Min Young memerah mendengar pujian Jungsoo. Sudah hampir 4 tahun tak bertemu detak jantungnya berdetak lebih cepat masih seperti dulu. “Tunggu. Bagaimana bisa dia lahir setelah kecelakaan yang menimpa kita?”

Min Young menghela nafasnya. Ia yakin Jungsoo akan menanyakan hal ini. “Kau ingat saat truk akan menghantam mobil kita, kau tiba-tiba melepas seatbelt lalu memelukku dengan cepat? Aku rasa hal itu yang menyelamatkan Hye Jung. Dokter dirumah sakit juga bilang kalau iya tidak menyangka kalau kandunganku selamat,” cerita Min Youn panjang lebar.

Jungsoo membulatkan bola matanya. Ia tak percaya apa yang dilakukannya untuk melindungi Min Young ternyata juga melindungi anaknya. Jungsoo menipiskan jaraknya dengan wajah anaknya lalu mengecup lembut kening Hye Jung membuat gadis kecil itu menggerakkan sedikit badannya.

“Matanya mirip denganmu,” puji Jungsoo.

“Tapi senyumnya lebih mirip denganmu,” lanjut Min Young membuat Jungsoo terkekeh pelan. Keduanya kini saling diam saat Jungsoo menghentikan tawanya. Mereka saling memandang. “Kau mau menikah denganku?” tanya Jungsoo tiba-tiba.

Min Young terkejut mendengar pertanyaan Jungsoo, ingin sekali ia mengangguk menyetujuinya namun ia kembali dengan larangan ibu Jungsoo.

“Tapi ibumu?”

Jungsoo menghela nafasnya berat lalu menatap Min Young. “Ada satu hal yang membuatnya menyesal telah menolak kehadiranmu dulu, Min Young-a.”

-ooOOoo-

Jungsoo sedang mengetik laporan pekerjaannya dilaptopnya saat ibunya masuk kedalam rumah dan secara tiba-tiba membanting tubuhnya diatas sofa empuk diruang tengah. Jungsoo menoleh sekilas lalu meneruskan kembali pekerjaannya.

Ia yakin ibunya sedang kalah dengan wanita paruh baya lain yang mendapatkan kalung berlian limited edition dan bukan barang baru lagi kalau sekarang ibunya kesal seperti ini. Jungsoo memilih bungkam daripada harus bertanya dan mendapat semburan keras yang mengoyakkan telinganya.

“Jungsoo, ibu rasa kau seharusnya membatalkan pernikahanmu,” suara ibunya dikeheningan diantara mereka terdengar membuat Jungsoo menghentikan kegiatannya. Hatinya bersorak riang namun ia tidak mau menunjukkannya.

Waeyo?” tanya Jungsoo.

Terdengar suara desahan berat ibunya sebelum berbicara, “Min Yeul dihamili mantan kekasihnya. Kedua orangtuanya berusaha menyembunyikan ini makanya mereka memaksa ibu menikahkan kalian secepat mungkin,” jelas ibu Jungsoo dengan perasaan sedih.

“Ibu tak sengaja mendengar pembicaraan ibu Min Yeul yang sedang menelpon anaknya dan membicarakan kandungan anaknya itu,” lanjut wanita paruh baya itu lagi. Kali ini giliran Jungsoo yang menghela nafasnya. “Lalu apa yang harus kulakukan?” tanyanya kemudian.

“Kau tidak perlu melakukan apapun, biar ibu yang membicarakan semuanya. Biar bagaimanapun ini semua salahku,” ujarnya masih dengan nada yang sama. “Min Young ternyata masih lebih baik untukmu.”

Jungsoo mengerutkan keningnya. Ia yakin ibunya baru saja mengatakan sesuatu tentang Min Young. Dilihatnya wanita paruh baya itu yang mulai beranjak dan masuk kedalam kamarnya lalu tersenyum. “Kau memang salah menilai Min Young, ibu.”

-oo-

“Min Young-a hari semakin gelap, aku lebih baik mengantar kalian pulang,” ujar Jungsoo saat mengakhiri ceritanya. Min Young menatap langit dan membenarkan perkataan pria itu. Dipalingkan tatapannya lagi ke Hye Jung yang masih tertidur pulas dipangkuannya.

“Kau tidak perlu mengantar kami Jungsoo-ya,” Min Young menggendong Hye Jung lalu bangkit dari duduknya diikuti oleh Jungsoo. “Wae? Aku tidak ingin kalian kenapa-kenapa dijalan,” sanggahnya mencoba membujuk Min Young lagi.

“Rumahku terlalu kecil. Aku takut kau tidak menyukainya,” ucap Min Young sambil tersenyum namun Jungsoo tetap ngotot untuk mengantar mereka pulang dan pada akhirnya wanita itu memang tidak bisa menolak permintaan Jungsoo.

Suasana hening menjadi atmosfer utama sepanjang perjalanan mereka menuju rumah Min Young. Bahkan keduanya masih mengatup bibir mereka ketika Jungsoo meletakkan Hye Jung di kasur kecilnya.

“Sudah berapa lama kau tinggal disini?” tanya Jungsoo sambil melihat sekeliling rumah Min Young yang kecil, hanya ada satu kamar didalam rumah itupun tidak cukup untuk ditiduri Min Young dan Hye Jung yang mulai tumbuh besar.

“hampir 4 tahun sejak aku memutuskan untuk meninggalkanmu,” jawab Min Young dengan nada sedih. Jungsoo menatap wanita dihadapannya dengan tatapan sedih, ia malu pada Min Young yang membesarkan anaknya seorang diri sedangkan dia hidup enak-enakkan tanpa memikirkan apa yang dimakan mereka sehari-hari.

Jungsoo meraih tangan Min Young dan menggenggamnya erat. “Maafkan aku Min Young-a, maafkan aku yang tidak pernah mencarimu. Maafkan aku yang tidak pernah tahu kenyataan yang terjadi. Maafkan aku sudah menelantarkanmu dan Hye Jung,” ucapnya memelas membuat airmata Min Young menetes.

“Kau tidak perlu meminta maaf Jungsoo-ya. Aku mengerti kondisimu saat itu,” Min Young memberanikan dirinya mengusap lembut wajah Jungsoo yang menunduk dan perlahan terisak.

“Kumohon, kembalilah padaku Min Young. Kembalilah dan menikahlah denganku, kau tidak perlu tinggal ditempat kecil seperti ini lagi. Aku berjanji, aku berjanji akan membahagiakanmu,” Jungsoo terisak membuat 

Min Young semakin deras mengeluarkan airmatanya. Ia tak tahu harus menjawab apa.

Jungsoo menatap Min Young dan menghapus airmata di pipi wanita itu. “Aku takut Jungsoo. Aku takut keluargamu menolakku lagi,” Min Young meragukan keyakinan yang diberikan oleh Jungsoo.

“Aku tidak akan membiarkan mereka mengusirmu lagi dari hidupku. Aku tak akan hanya duduk dan berdiam diri melihatmu menderita seorang diri membesarkan Hye Jung. Kalaupun mereka menolakmu lagi aku akan tetap bersamamu, bagaimanapun keadaannya aku akan tetap bersamamu dan Hye Jung sampai kapanpun.”

Airmata Min Young semakin tumpah tak terkendali mendengar semua ucapan Jungsoo. Keraguan yang tadi sempat merasuk ke dalam hatinya kini menguap menyisakan keyakinan yang begitu pasti.

Isakan tangisnya perlahan mereda dan sebuah sunggingan senyum terbingkai indah di wajah manisnya. “Aku mau menikah denganmu.”

-ooOOoo-

Suara iringan pernikahan mengaung diseluruh gereja tempat dimana Min Young berjalan diiringi tebaran bunga yang dilempari gadis kecil kesayangannya menuju altar tempat kekasih yang akan menjadi suami seumur hidupnya menunggu dengan senyuman yang selalu memabukkan baginya.

Perlahan Jungsoo mengulurkan tangannya kehadapan wanita itu saat gadis kesayangan mereka menepi didekat neneknya yang tengah tersenyum haru. Diraih dan digenggamnya erat tangan Jungsoo yang mulai berkeringat karena grogi.

Keduanya menghembuskan nafas bersamaan saat akan memulai mengucapkan janji abadi mereka. “Mulai sekarang kalian adalah pasangan suami-isteri yang sah,” ucapan pendeta yang diikuti suara tepuk tangan riuh tamu undangan melegakan kedua pasangan diatas altar itu.

Keduanya kembali berhadapan dan menyematkan cincin di jari manis masing-masing menandakan berakhirnya masa lalu juga penantian mereka dan mengawali kehidupan baru penuh kebahagiaan.

Suara tepuk tangan kembali bergemuruh saat keduanya melepas ciuman hangat mereka. “Aku tak akan membiarkanmu pergi lagi. Aku berjanji,” ucap Jungsoo sebelum ia kembali melumat bibir Min Young.

THE END.

Selasa, 08 Mei 2012

Please, Comeback to Me Girl

Karya : Altha Swita Abrianto di 12:02 PM 1 komentar

Jungsoo mengedarkan pandangannya kearah jalanan yang tampak penuh namun pikirannya melayang pada satu nama yang selama 4 tahun ini selalu melekat dalam benaknya. Shin Min Young. Gadis itu mampu memporak-porandakan seluruh perasaannya saat ini.

Ia pergi disaat dirinya mengalami koma setelah kecelakaan yang dialaminya dengan gadis itu. Ibunya sendiri yang mengatakan kalau gadis pujaannya itu menikah dengan pria lain bernama Choi Siwon saat ia baru saja bangun dari komanya. Jungsoo tak bisa berbuat banyak saat itu karena kondisi badannya yang tidak memungkinkan.

Sebuah cappuccino hangat tersaji didepannya membuyarkan lamunannya. Jungsoo menyeruput minumannya sebelum memalingkan wajahnya lagi keluar jendela café. Diingatannya masih jelas terbayang wajah manis gadis yang sudah menemaninya selama setahun itu.

Tak ada kekecewaan dalam hatinya saat mengetahui gadisnya dinikahi pria lain. Ia bahkan menyesali dirinya karena ketidakmampuannya menjaga gadis itu. Ditatapnya seorang wanita sambil menggandeng tangan seorang anak perempuan yang berumur sekitar 4 tahun berjalan ditengah keramaian.

Entah kenapa wajah wanita itu mengingatkan Jungsoo lagi pada sosok Min Young. Senyumnya, parasnya dan caranya tertawa benar-benar mirip mantan kekasihnya itu. Ada ketukan hati Jungsoo yang menyuruhnya untuk mengikuti wanita itu dan anaknya.

Jungsoo mengeluarkan dompetnya dan menaruh beberapa lembar uang won diatas meja dan meninggalkan segelas cappuccino hangat yang masih tersisa separuh hanya untuk bergegas mengikuti wanita tadi.
Ia merasa seperti ada magnet ditubuh wanita itu hingga ia mampu menarik Jungsoo. Sama seperti pesona Min Young yang menarik Jungsoo kala itu.

Jungsoo mempercepat langkahnya setelah merasa tertinggal jauh dari wanita itu lalu ia memperlambat langkahnya saat merasa jaraknya terlalu dekat. Rambut panjang wanita itu sangat mirip dengan rambut yang dimiliki Min Young. Ia akui semua wanita bisa saja memiliki rambut sepanjang itu namun ia yakin sekali wanita ini mirip sekali dengan mantan kekasihnya itu.

Eomma, aku mau pelmen,” ucap anak kecil yang digandeng wanita tadi setelah melihat sebuah stan permen lollipop dipinggir jalan. Wanita tadi hanya tersenyum lalu menepi ke stan permen tersebut. “Jangan makan banyak-banyak ya, gigimu bisa rusak.”

DEG

Jantung Jungsoo berdetak kencang saat mendengar suaranya. Itu suara Min Young. Ia yakin itu suara Min Young!

Kedua perempuan itu melanjutkan kembali langkah mereka. Jungsoo masih setia mengikuti mereka. Diperhatikannya lagi lekuk tubuh wanita tadi agar ia tidak salah mengenali. “Min Young,” panggilnya lirih saat mereka memasuki sebuah gang sepi.

Langkah wanita tadi perlahan berhenti seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Ia menoleh kebelakang dan mendapatkan sosok Jungsoo –Pria yang dirindukannya selama 4 tahun ini berada di hadapannya dan memandangnya dengan pancaran kerinduan.

Jungsoo melangkah mendekati wanita tadi. “Kau benar-benar Min Young?” tanyanya lirih sambil mencoba menyentuh wajah Min Young.

Eomma,” suara gadis kecil tadi seakan mencegah Jungsoo menyentuh wajah Min Young. Ia memandang Min Young dan Jungsoo tak mengerti. “Ini anakmu?” tanya Jungsoo.

Min Young takut-takut menganggukkan kepalanya. Jungsoo menurunkan pandangannya memandang jalanan aspal yang hitam pekat. Matanya panas menahan airmata. “Anakmu dengan Siwon?” tanya Jungsoo lagi dengan nada bergetar.

Min Young membelalakkan matanya tak percaya. “Siwon? Maksudmu Choi Siwon?” Min Young mencoba mengira-ngira maksud pertanyaan Jungsoo barusan.

Pria itu mengangguk perlahan. Airmatanya sudah jatuh membasahi pipinya. “Aku tidak pernah menikah dengan siapapun, Jungsoo.”
-ooOOoo-
Flasback

Min Youn terisak dikamarnya. Kecelakaan yang baru saja menimpa dirinya dan kekasihnya mengakibatkan hal yang fatal. Jungsoo koma karena benturan yang sangat kuat yang dialaminya tadi. Mereka hendak pergi berlibur menikmati musim panas disudut kota Incheon namun sayangnya mereka harus merasakan kerasnya dihantam truk besar

Tak lama terdengar suara ketukan pintu di kamarnya. Min Young menghapus airmatanya. “Masuklah,” ujarnya dengan suara parau. Pintu mulai terbuka dan menunjukkan sosok wanita paruh baya yang dikenalnya. Wajahnya menunjukkan kekecewaan sekaligus kesedihan yang mendalam

Min Young bisa mengerti bagaimana perasaan ibu Jungsoo saat ini. Ia juga merasakan hal yang sama saat ini. “Omonim,” panggil Min Young pelan saat langkah ibu Jungsoo semakin mendekat keranjangnya. Ia menghela nafasnya seakan ia susah untuk menghembuskan nafasnya dikamar Min Young.

Ditatapnya nanar wajah gadis yang menyebabkan semuanya terjadi. Sejak awal dia memang tidak menyukai hubungan anaknya dengan gadis yang dianggapnya pembawa sial itu. “Kau menyelakai putraku,” ujarnya sengit membuat Min Young mengatup mulutnya.
“Jangan pernah temui ia lagi. Jangan pernah muncul didalam keluarga kami lagi!” suaranya kian meninggi membuat gadis yang ditatapnya bahkan tak mampu bergerak sedikitpun. “Ta-Tapi aku mencintainya,” isakan tangis mulai terdengar disela kalimatnya.

Ibu Jungsoo membuang pandangannya menatap lampu yang berada diatas meja kecil disamping tempat tidur Min Young.

“Berhenti mencintainya. Jungsoo tak butuh cinta dari wanita sepertimu!” suara wanita paruh baya itu penuh kebencian kepada Min Young membuat gadis itu menangis semakin tersedu diatas ranjangnya.

Langkah wanita tua tadi perlahan menghilang dari pendengarannya menyisakan tangis yang kian dalam untuk keputusannya.

-oo-

Min Young membereskan pakaiannya sebelum pergi dari rumah sakit. Keadaan Jungsoo masih sama seperti kemarin-kemarin, seakan tak ada harapan baginya untuk bisa membuka mata. Min Young menghela nafasnya sambil menutup resleting tasnya. Ia kemudian melangkah meninggalkan kamarnya menuju kamar Jungsoo.

Ia ingin melihat Jungsoo sebelum ia benar-benar pergi dari kehidupan pria itu seperti permintaan ibunya. Min Young berjalan menunduk saat semakin dekat dengan kamar kekasihnya itu. Ia takut kedatangannya ditolak oleh ibu Jungsoo.
Kaki gadis itu berhenti tepat didepan pintu kamar Jungsoo. Tidak ada siapa-siapa disana, ia rasa keluarga Jungsoo sedang berada diluar. Min Young memegang pedal pintu namun ia kembali menurunkannya.

“Maafkan aku Jungsoo-ya, aku mencintaimu namun sepertinya cintaku padamu adalah salah. Aku harap kau bisa menemukan wanita selain aku. Sebenarnya ada satu hal bahagia yang ingin kusampaikan saat kau sadar nanti namun sepertinya aku harus memendamnya sendiri saja. Saranghae Jungsoo. Sampai bertemu lagi suatu saat nanti.”

Min Young menghentikan pembicaraannya dengan pintu putih dihadapannya dan berharap Jungsoo mendengar semua perkataannya barusan. Ia kemudian menghela nafasnya dan menganggap dirinya sendiri adalah orang bodoh.

Min Young memegang perutnya sekilas kemudian berjalan meninggalkan kamar itu sebelum ibu Jungsoo datang dan mengusirnya.

Langkah Min Young semakin menjauh dari tempat Jungsoo. Sementara didalam kamarnya Jungsoo mulai menunjukkan sedikit pergerakan di tangannya. Matanya perlahan terbuka dan menatap langit-langit kamar rumah sakit. Kepalanya masih berputar menimbulkan kebingungan didirinya.
Dicarinya sebuah alat pemanggil suster lalu ditekannya berulang kali. Tak lama seorang dokter dan beberapa suster masuk kekamarnya lalu mengecek kondisi badannya.

Yang ada dipikiran Jungsoo saat ini adalah kekasihnya. Shin Min Young yang suaranya baru saja terdengar dan berjanji akan mengatakan sesuatu yang bahagia. Jungsoo menggumamkan sesuatu yang bahkan tak bisa terdengar jelas. Tiba-tiba sebulir airmata mengalir dari matanya untuk alasan yang tidak ia ketahui.

-oo-

Jungsoo meringkuk di pojok kamarnya yang sekarang berantakkan karena ulahnya sendiri. Ibunya baru saja menyerahkan sebuah undangan pernikahan kepadanya. Mungkin jika sahabat atau temannya yang menikah ia akan ikut bahagia namun pada kenyataannya ia melihat nama kekasihnya sendiri di undangan tersebut.

“Kenapa Min Young? Apa salahku!” sungutnya penuh kemirisan dan isakan tangisnya. Wajahnya mulai memerah karena terlalu lama menangis. Ditelungkupkannya kepalanya diatas kasurnya tanpa menghentikan tangisnya. Namun sedetik kemudian ia menyimpulkan sendiri alasan mengapa Min Young memilih pria bernama Choi Siwon itu.

Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju jendela kamarnya. Matanya yang bengkak menerawang ingatannya kembali dan menyesali apa yang telah terjadi. “Andai aku tidak mengajakmu pergi saat itu dan andai kita tidak mengalami kecelakaan itu. Mungkin kau sekarang masih berada disisiku Min Young,” gumam Jungsoo pada semilir angin yang menerpanya.

Sebuah ketukan pintu mengejutkan pria itu. “Masuklah,” perintahnya. Terdengar suara pintu terbuka dan tapakan kaki mendekatinya. “Kamarmu berantakkan sekali Jungsoo-ya,” suara ibunya sedikit tercekat saat melihat mata Jungsoo yang membengkak. “Biarkan saja,” jawab Jungsoo begitu ketus membuat ibunya berdecak.

Hanya karena ditinggal wanita tak tahu diri itu sikap anaknya kini berubah drastis kepadanya. “Kau tidak perlu sedih. Ibu punya pengganti Min Young untukmu,” ujar ibunya penuh dengan kesombongan. Jungsoo masih menatapnya dengan wajah datar.

Dengan lembut ibu Jungsoo membelai lembut kepala anaknya. “Gadis ini bahkan lebih cantik 
 dibanding gadismu dulu Jungsoo. Kau pasti akan menyukainya.”

Jungsoo menepis pelan tangan ibunya yang masih membelai kepalanya. Ada perasaan ingin menolak didalam hatinya namun ia tidak mempunyai alasan jelas untuk melakukan hal itu. “Siapa namanya?” tanya Jungsoo membuat mata ibunya terbelalak bahagia karena bujukkannya berhasil.

“Namanya Han Min Yeul. Dia gadis keturunan China, keluarganya sangat terpandang di China. Dia bahkan sedang melanjutkan studinya di Amerika,” jawab ibunya penuh dengan semangat namun tatapan Jungsoo tetap sama. Kosong.

“Kalau dia sedang studi lalu bagaimana aku bisa bertemu dengannya?” tanya Jungsoo lagi berharap pertanyaannya kali ini bisa membuat ibunya menyudahi cerita panjangnya namun ternyata dugaan pria itu salah. Ibunya justru menjawab semakin lebar, “Kau tenang saja. Keluarganya sengaja membawanya pulang dulu untuk bertemu denganmu. Setelah kalian bertemu dan merasa cocok, dia bisa pulang ke Amerika dan setelah studinya selesai kami akan mempersiapkan pesta pernikahan kalian.”

“Bagaimana kalau kami tidak merasa cocok?” tanya Jungsoo langsung membuat ibunya terkejut. Namun raut tadi berubah lagi menjadi senyum licik yang amat dikenal Jungsoo. “Kau pasti akan menyukainya, percayalah.”

-oo-

“Lalu kau menikah?” Min Young memotong cerita Jungsoo. Pria itu menggeleng, “Dengarkan ceritaku dulu sampai selesai,” pintanya.

Min Young mengangguk sambil mengusap kepala gadis kecil yang kini tidur dipangkuannya. Jungsoo menatap gadis kecil itu lembut. “Jadi ini anakku?” tanya Jungsoo memecahkan kesunyian diantara mereka.

Min Young mengangguk. “Siapa namanya?” tanya Jungsoo lagi sambil tersenyum.

“Park Hye Jung,” jawab Min Young. Jungsoo mengalihkan pandangannya menatap Min Young. “Kau memberikan nama yang indah untuknya.”

Wajah Min Young memerah mendengar pujian Jungsoo. Sudah hampir 4 tahun tak bertemu detak jantungnya berdetak lebih cepat masih seperti dulu. “Tunggu. Bagaimana bisa dia lahir setelah kecelakaan yang menimpa kita?”

Min Young menghela nafasnya. Ia yakin Jungsoo akan menanyakan hal ini. “Kau ingat saat truk akan menghantam mobil kita, kau tiba-tiba melepas seatbelt lalu memelukku dengan cepat? Aku rasa hal itu yang menyelamatkan Hye Jung. Dokter dirumah sakit juga bilang kalau iya tidak menyangka kalau kandunganku selamat,” cerita Min Youn panjang lebar.

Jungsoo membulatkan bola matanya. Ia tak percaya apa yang dilakukannya untuk melindungi Min Young ternyata juga melindungi anaknya. Jungsoo menipiskan jaraknya dengan wajah anaknya lalu mengecup lembut kening Hye Jung membuat gadis kecil itu menggerakkan sedikit badannya.

“Matanya mirip denganmu,” puji Jungsoo.

“Tapi senyumnya lebih mirip denganmu,” lanjut Min Young membuat Jungsoo terkekeh pelan. Keduanya kini saling diam saat Jungsoo menghentikan tawanya. Mereka saling memandang. “Kau mau menikah denganku?” tanya Jungsoo tiba-tiba.

Min Young terkejut mendengar pertanyaan Jungsoo, ingin sekali ia mengangguk menyetujuinya namun ia kembali dengan larangan ibu Jungsoo.

“Tapi ibumu?”

Jungsoo menghela nafasnya berat lalu menatap Min Young. “Ada satu hal yang membuatnya menyesal telah menolak kehadiranmu dulu, Min Young-a.”

-ooOOoo-

Jungsoo sedang mengetik laporan pekerjaannya dilaptopnya saat ibunya masuk kedalam rumah dan secara tiba-tiba membanting tubuhnya diatas sofa empuk diruang tengah. Jungsoo menoleh sekilas lalu meneruskan kembali pekerjaannya.

Ia yakin ibunya sedang kalah dengan wanita paruh baya lain yang mendapatkan kalung berlian limited edition dan bukan barang baru lagi kalau sekarang ibunya kesal seperti ini. Jungsoo memilih bungkam daripada harus bertanya dan mendapat semburan keras yang mengoyakkan telinganya.

“Jungsoo, ibu rasa kau seharusnya membatalkan pernikahanmu,” suara ibunya dikeheningan diantara mereka terdengar membuat Jungsoo menghentikan kegiatannya. Hatinya bersorak riang namun ia tidak mau menunjukkannya.

Waeyo?” tanya Jungsoo.

Terdengar suara desahan berat ibunya sebelum berbicara, “Min Yeul dihamili mantan kekasihnya. Kedua orangtuanya berusaha menyembunyikan ini makanya mereka memaksa ibu menikahkan kalian secepat mungkin,” jelas ibu Jungsoo dengan perasaan sedih.

“Ibu tak sengaja mendengar pembicaraan ibu Min Yeul yang sedang menelpon anaknya dan membicarakan kandungan anaknya itu,” lanjut wanita paruh baya itu lagi. Kali ini giliran Jungsoo yang menghela nafasnya. “Lalu apa yang harus kulakukan?” tanyanya kemudian.

“Kau tidak perlu melakukan apapun, biar ibu yang membicarakan semuanya. Biar bagaimanapun ini semua salahku,” ujarnya masih dengan nada yang sama. “Min Young ternyata masih lebih baik untukmu.”

Jungsoo mengerutkan keningnya. Ia yakin ibunya baru saja mengatakan sesuatu tentang Min Young. Dilihatnya wanita paruh baya itu yang mulai beranjak dan masuk kedalam kamarnya lalu tersenyum. “Kau memang salah menilai Min Young, ibu.”

-oo-

“Min Young-a hari semakin gelap, aku lebih baik mengantar kalian pulang,” ujar Jungsoo saat mengakhiri ceritanya. Min Young menatap langit dan membenarkan perkataan pria itu. Dipalingkan tatapannya lagi ke Hye Jung yang masih tertidur pulas dipangkuannya.

“Kau tidak perlu mengantar kami Jungsoo-ya,” Min Young menggendong Hye Jung lalu bangkit dari duduknya diikuti oleh Jungsoo. “Wae? Aku tidak ingin kalian kenapa-kenapa dijalan,” sanggahnya mencoba membujuk Min Young lagi.

“Rumahku terlalu kecil. Aku takut kau tidak menyukainya,” ucap Min Young sambil tersenyum namun Jungsoo tetap ngotot untuk mengantar mereka pulang dan pada akhirnya wanita itu memang tidak bisa menolak permintaan Jungsoo.

Suasana hening menjadi atmosfer utama sepanjang perjalanan mereka menuju rumah Min Young. Bahkan keduanya masih mengatup bibir mereka ketika Jungsoo meletakkan Hye Jung di kasur kecilnya.

“Sudah berapa lama kau tinggal disini?” tanya Jungsoo sambil melihat sekeliling rumah Min Young yang kecil, hanya ada satu kamar didalam rumah itupun tidak cukup untuk ditiduri Min Young dan Hye Jung yang mulai tumbuh besar.

“hampir 4 tahun sejak aku memutuskan untuk meninggalkanmu,” jawab Min Young dengan nada sedih. Jungsoo menatap wanita dihadapannya dengan tatapan sedih, ia malu pada Min Young yang membesarkan anaknya seorang diri sedangkan dia hidup enak-enakkan tanpa memikirkan apa yang dimakan mereka sehari-hari.

Jungsoo meraih tangan Min Young dan menggenggamnya erat. “Maafkan aku Min Young-a, maafkan aku yang tidak pernah mencarimu. Maafkan aku yang tidak pernah tahu kenyataan yang terjadi. Maafkan aku sudah menelantarkanmu dan Hye Jung,” ucapnya memelas membuat airmata Min Young menetes.

“Kau tidak perlu meminta maaf Jungsoo-ya. Aku mengerti kondisimu saat itu,” Min Young memberanikan dirinya mengusap lembut wajah Jungsoo yang menunduk dan perlahan terisak.

“Kumohon, kembalilah padaku Min Young. Kembalilah dan menikahlah denganku, kau tidak perlu tinggal ditempat kecil seperti ini lagi. Aku berjanji, aku berjanji akan membahagiakanmu,” Jungsoo terisak membuat 

Min Young semakin deras mengeluarkan airmatanya. Ia tak tahu harus menjawab apa.

Jungsoo menatap Min Young dan menghapus airmata di pipi wanita itu. “Aku takut Jungsoo. Aku takut keluargamu menolakku lagi,” Min Young meragukan keyakinan yang diberikan oleh Jungsoo.

“Aku tidak akan membiarkan mereka mengusirmu lagi dari hidupku. Aku tak akan hanya duduk dan berdiam diri melihatmu menderita seorang diri membesarkan Hye Jung. Kalaupun mereka menolakmu lagi aku akan tetap bersamamu, bagaimanapun keadaannya aku akan tetap bersamamu dan Hye Jung sampai kapanpun.”

Airmata Min Young semakin tumpah tak terkendali mendengar semua ucapan Jungsoo. Keraguan yang tadi sempat merasuk ke dalam hatinya kini menguap menyisakan keyakinan yang begitu pasti.

Isakan tangisnya perlahan mereda dan sebuah sunggingan senyum terbingkai indah di wajah manisnya. “Aku mau menikah denganmu.”

-ooOOoo-

Suara iringan pernikahan mengaung diseluruh gereja tempat dimana Min Young berjalan diiringi tebaran bunga yang dilempari gadis kecil kesayangannya menuju altar tempat kekasih yang akan menjadi suami seumur hidupnya menunggu dengan senyuman yang selalu memabukkan baginya.

Perlahan Jungsoo mengulurkan tangannya kehadapan wanita itu saat gadis kesayangan mereka menepi didekat neneknya yang tengah tersenyum haru. Diraih dan digenggamnya erat tangan Jungsoo yang mulai berkeringat karena grogi.

Keduanya menghembuskan nafas bersamaan saat akan memulai mengucapkan janji abadi mereka. “Mulai sekarang kalian adalah pasangan suami-isteri yang sah,” ucapan pendeta yang diikuti suara tepuk tangan riuh tamu undangan melegakan kedua pasangan diatas altar itu.

Keduanya kembali berhadapan dan menyematkan cincin di jari manis masing-masing menandakan berakhirnya masa lalu juga penantian mereka dan mengawali kehidupan baru penuh kebahagiaan.

Suara tepuk tangan kembali bergemuruh saat keduanya melepas ciuman hangat mereka. “Aku tak akan membiarkanmu pergi lagi. Aku berjanji,” ucap Jungsoo sebelum ia kembali melumat bibir Min Young.

THE END.
Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting