Selasa, 14 Desember 2010

Sahabat sejati yang (seharusnya) menjadi sejati

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 7:17 PM
"Nanda, udah ngerjain PR matematik belum? Aku tinggal satu nomor lg nih, nyontek ya?" kataku saat memasuki ruang kelas, sengaja aku masuk pagi sekali cuma untuk mencontek pekerjaannya. Nanda adalah sahabatku semenjak kami duduk di bangku SMA dia menjadi sahabat yang selalu mendengarkan ceritaku dan keluh kesahku begitu juga dengannya.Nanda yang sedang belajar mengeluarkan bukunya dan menyerahkannya padaku, secepat kilat aku menyalinnya.
"Kok dapet sih ya jawabannya? semaleman aku otak-atik ga dapet jawabannya ckckck" Nanda menoleh "makanya jangan pacaran mulu kamu hahahaha" jawabnya seraya tertawa, aku ikut tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Nanda murid pintar, sudah 2 tahun kami sekelas dan tahun ini adalah tahun terakhir kami di SMA. Selama dua tahun dia membantuku banyak hal tak heran kami jadi merasa seperti saudara.

Namun banyak yang tidak menyukainya, sirik mungkin atau karena memang punya dendam pribadi aku ga pernah ngerti. Kadang dia selalu menangis saat menceritakan masalahnya dengan beberapa orang di kelas, aku sebagai sahabatnya tentu saja merasa kesal. Namun akhir-akhir ini aku merasa sahabatku itu berubah, dia sedikit akrab dengan 'musuh'nya selama ini dan itu yang membuatku risih.

Ya mungkin aku pikir dia ingin menjalin silahturahmi yang baik, namun makin kesini mereka semakin dekat bahkan dia seperti tidak mengenalku dan bersikap seperti layaknya sahabat. Aku yang melihat keadaan seperti ini mulai menjauh dan aku pikir mungkin ini yang terbaik, aku ga suka sama seseorang yang menjadikan musuhnya itu sahabat.
Pelan-pelan rasa benci itu tumbuh dan merayap di hatiku.

Jam istirahat.
"Tha, masih aja tadi pagi lo ngobrol sama dia?" tanya Raras saat di kantin "siapa?" tanyaku
"itu si Nanda" jawabnya sambil berbisik, mulutku ber-o dan mengangguk "liat PR, biasa hehehe kalo gue udah ngerjain juga gue ga bakal tuh negor dia hahaha" kataku tertawa. Kemudian gerombolan mereka lewat, dengan gayanya yang sok eksis dan sok keren.Raras dan aku menoleh ke arah mereka "liat tuh Tha gayanya ckck selangit banget" aku diam sesaat dan berkata "iya, apalagi yang itu tuh yang pendek sama jerawatan laganya selangit Ras" jawabku.
"Hebat ya dia, dulu aja jelek-jelekkin genk itu didepan kita dan sekarang? pasti jelek-jelekkin kita didepan mereka, munafik tau ga?" umpat Raras, aku hanya menggeleng seraya tersenyum. "itu hak dia kok Ras, kita ga bisa ngelarang dia"
***

Esoknya.
Pagi ini aku mengemasi barang-barangku di loker sekolah, Raras menghampiriku "mau kemana lo? kok rapi-rapi?" tanyanya.
"Gue mau pergi" jawabku tanpa menoleh kearahnya "kemana?" tanyanya heran, aku menghentikan aktifitasku dan menoleh "ke Kalimantan, bokap gue dimutasi kesana" jawabku sekenanya dan kemudian melanjutkan kembali acara berkemasku.
Dia diam dan kemudian berlari pergi.

Barang-barangku sudah aku pindahkan kedalam tas dan aku menutup lokerku, alangkah terkejutnya saat aku mendapati Nanda berada di balik pintu loker dan menatapku sendu.
Aku diam tanpa melakukan apapun kemudian dia memelukku, dia menangis. Aku bingung dan melepaskan pelukannya "kenapa sih nangis?" tanyaku sedikit ketus
"Kamu mau pindah kenapa ga cerita?" tanyanya
Aku diam, lama sekali aku diam dan membiarkannya menangis.
Kemudian aku melangkah maju dan berbisik "seorang sahabat yang baik seharusnya bisa menjadi seorang sahabat, bukan seperti kamu yang ga pernah menganggapku sahabat"
Dia diam, sebelum dia membuka mulutnya aku berjalan pergi.
Meninggalkannya di keheningan koridor. Sendiri.

0 komentar on "Sahabat sejati yang (seharusnya) menjadi sejati"

Posting Komentar

Selasa, 14 Desember 2010

Sahabat sejati yang (seharusnya) menjadi sejati

Karya : Altha Swita Abrianto di 7:17 PM
"Nanda, udah ngerjain PR matematik belum? Aku tinggal satu nomor lg nih, nyontek ya?" kataku saat memasuki ruang kelas, sengaja aku masuk pagi sekali cuma untuk mencontek pekerjaannya. Nanda adalah sahabatku semenjak kami duduk di bangku SMA dia menjadi sahabat yang selalu mendengarkan ceritaku dan keluh kesahku begitu juga dengannya.Nanda yang sedang belajar mengeluarkan bukunya dan menyerahkannya padaku, secepat kilat aku menyalinnya.
"Kok dapet sih ya jawabannya? semaleman aku otak-atik ga dapet jawabannya ckckck" Nanda menoleh "makanya jangan pacaran mulu kamu hahahaha" jawabnya seraya tertawa, aku ikut tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Nanda murid pintar, sudah 2 tahun kami sekelas dan tahun ini adalah tahun terakhir kami di SMA. Selama dua tahun dia membantuku banyak hal tak heran kami jadi merasa seperti saudara.

Namun banyak yang tidak menyukainya, sirik mungkin atau karena memang punya dendam pribadi aku ga pernah ngerti. Kadang dia selalu menangis saat menceritakan masalahnya dengan beberapa orang di kelas, aku sebagai sahabatnya tentu saja merasa kesal. Namun akhir-akhir ini aku merasa sahabatku itu berubah, dia sedikit akrab dengan 'musuh'nya selama ini dan itu yang membuatku risih.

Ya mungkin aku pikir dia ingin menjalin silahturahmi yang baik, namun makin kesini mereka semakin dekat bahkan dia seperti tidak mengenalku dan bersikap seperti layaknya sahabat. Aku yang melihat keadaan seperti ini mulai menjauh dan aku pikir mungkin ini yang terbaik, aku ga suka sama seseorang yang menjadikan musuhnya itu sahabat.
Pelan-pelan rasa benci itu tumbuh dan merayap di hatiku.

Jam istirahat.
"Tha, masih aja tadi pagi lo ngobrol sama dia?" tanya Raras saat di kantin "siapa?" tanyaku
"itu si Nanda" jawabnya sambil berbisik, mulutku ber-o dan mengangguk "liat PR, biasa hehehe kalo gue udah ngerjain juga gue ga bakal tuh negor dia hahaha" kataku tertawa. Kemudian gerombolan mereka lewat, dengan gayanya yang sok eksis dan sok keren.Raras dan aku menoleh ke arah mereka "liat tuh Tha gayanya ckck selangit banget" aku diam sesaat dan berkata "iya, apalagi yang itu tuh yang pendek sama jerawatan laganya selangit Ras" jawabku.
"Hebat ya dia, dulu aja jelek-jelekkin genk itu didepan kita dan sekarang? pasti jelek-jelekkin kita didepan mereka, munafik tau ga?" umpat Raras, aku hanya menggeleng seraya tersenyum. "itu hak dia kok Ras, kita ga bisa ngelarang dia"
***

Esoknya.
Pagi ini aku mengemasi barang-barangku di loker sekolah, Raras menghampiriku "mau kemana lo? kok rapi-rapi?" tanyanya.
"Gue mau pergi" jawabku tanpa menoleh kearahnya "kemana?" tanyanya heran, aku menghentikan aktifitasku dan menoleh "ke Kalimantan, bokap gue dimutasi kesana" jawabku sekenanya dan kemudian melanjutkan kembali acara berkemasku.
Dia diam dan kemudian berlari pergi.

Barang-barangku sudah aku pindahkan kedalam tas dan aku menutup lokerku, alangkah terkejutnya saat aku mendapati Nanda berada di balik pintu loker dan menatapku sendu.
Aku diam tanpa melakukan apapun kemudian dia memelukku, dia menangis. Aku bingung dan melepaskan pelukannya "kenapa sih nangis?" tanyaku sedikit ketus
"Kamu mau pindah kenapa ga cerita?" tanyanya
Aku diam, lama sekali aku diam dan membiarkannya menangis.
Kemudian aku melangkah maju dan berbisik "seorang sahabat yang baik seharusnya bisa menjadi seorang sahabat, bukan seperti kamu yang ga pernah menganggapku sahabat"
Dia diam, sebelum dia membuka mulutnya aku berjalan pergi.
Meninggalkannya di keheningan koridor. Sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting