Minggu, 17 Juli 2011

Aku menyesal tak mencintainya.

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 9:37 PM
Viona sedang gembira hari ini, pria yang ia cintai selama ini ternyata memendam perasaan yang sama padanya. Gilang. Sosok pria yang ia kenal 4 tahun lalu menyatakan perasaan padanya tepat pada hari ulangtahunnya. Ia merasakan hal yang jauh lebih indah, bahkan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat ini.

Gilang yang selalu diimpikannya sekarang berada disampingnya, berada didekatnya dan menjadi sosok yang akan selalu mencintainya. Tak ada hari yang luput dari kebersamaan mereka, tawa Viona lebih ceria dibandingkan dulu, Gilang benar-benar telah membuatnya sangat bahagia.

Mereka banyak melakukan hal romantis, seperti saat ini, menatap langit malam hanya berdua. Viona menggandeng Gilang mesra. “Kamu tau apa yang aku rasain sekarang Vi?” Tanya Gilang, Viona menatapnya lalu menggeleng. Gilang tersenyum “Aku jatuh cinta sama kamu” Jawabnya.

Viona tersenyum, ia bingung harus berkata apa. Ia merasakan wajahnya memanas, ia yakin kalau saat itu Gilang bisa melihat kalau wajahnya merah merona sekarang. Ia ingin menutup wajahnya namun Gilang menahannya lalu mendekatkan wajahnya. Viona memejamkan matanya, ia merasakan ciuman Gilang mendarat dikeningnya.

Lama ia rasakan ciuman penuh perasaan itu, ia semakin yakin kalau Gilang adalah cinta terakhirnya, cinta yang selama ini ia inginkan. Cinta seorang pria yang benar-benar untuk wanitanya. Ia yakin. Sangat yakin.



***
Sebulan kemudian,

Tak ada hal menarik yang harus diceritakan selama sebulan ini, semua berjalan seperti biasanya dan tanpa hal yang menarik.

Gilang mendadak berubah, Viona merasakan hal itu namun ia memilih bungkam dan menikmati permainan Gilang yang membingungkan ini. Mereka masih sering jalan bersama namun Gilang hampir tidak pernah menggenggam tangannya, hal itu tidak dipermasalahkan secara besar-besaran oleh Viona.

Namun kadang Gilang tidak mau memperhatikannya dan malah asik sendiri dengan telepon genggamnya. Viona terima saja di perlakukan seperti itu, namun semangatnya menghilang tak seperti dulu yang penuh tawa dan senyum.

Entah Gilang merasakannya atau tidak, Viona jarang tersenyum beberapa akhir ini. Ia lebih sering termenung saat Gilang sibuk. Mungkin Gilang sedang ada pekerjaan tambahan, piker Viona. Pernah sekali ia tidak berkomunikasi dengan Gilang selama beberapa hari dan Gilang tidak mencoba mencarinya.

Sampai pada suatu hari Viona secara tak sengaja mendapat sms dari Gilang namun ia tau sms itu bukan untuknya. Sms itu untuk perempuan lain, perempuan lain yang sedang diincar Gilang. Remuklah hatinya, remuklah perasaannya yang ia simpan baik-baik hanya untuk kekasihnya.

Remuklah semua cinta tulus yang ia simpan selama beberapa tahun ini. Ia bingung harus melakukan apa, ia bingung harus membalasnya atau mencacinya. Ia menangis malam itu, menangis untuk seorang pria yang ia sendiri bingung, apakah pria itu akan menangisinya jika ia melakukan hal itu? Apa pria itu akan tetap bertahan walaupun perasaannya tidak lagi untuk pria itu?

Ia mencoba berhenti menangis namun ia tak sanggup merasakan sakitnya, bahkan jika ia mampu berteriak, dia ingin berteriak sekarang. Sebegitu membosankankah dirinya? Sebegitu tak pantaskah dirinya untuk dicinta? Ia terus berpikir, terus bertanya, terus berharap kalau yang ia rasakan adalah mimpi.

***

Viona memaafkan Gilang walaupun Gilang tidak meminta maaf, ia tetap mencintai pria yang menghianatinya. Entah siapa yang sekarang Gilang cintai, Vionakah atau perempuan lainkah. Viona tak mau ambil pusing, selama ia masih bersama Gilang ia tidak peduli untuk siapa hati Gilang.

Tanpa Viona tau, Gilang diam-diam merasa bersalah, ia tau kalau ia telah salah mengirim sms. Ia ingin meminta maaf tapi Viona tidak pernah membahas sms itu padanya, tak sampaikah smsnya atau Viona tak sempat membacanya. Kalaupun iya Viona mendapat sms itu harusnya ia marah.

Namun Gilang merasa sedikit lega karena sikap Viona tidak berubah sedikitpun padanya, namun hal itulah yang membuat Gilang merasa semakin bersalah. Segitu besarkah perasaan Viona padanya? Segitu tak pedulinyakah Viona dengan perasaan dirinya? Segitu besarkah perasaannya/? Segitu tegarkah dia dengan keadaan ini?

Hari ini Gilang berniat meminta maaf kepada Viona. Mereka hanya berdua, di sebuah taman dimana mereka suka menghabiskan waktu bersama. Viona masih suka bergelayut manja pada Gilang, keduanya terdiam tak mengeluarkan satu kalimatpun.

“Gilang, kamu tau apa yang aku rasain sekarang?” Tanya Viona seperti pertanyaan Gilang saat itu, Gilang menggeleng “aku sangat mencintai kamu” Jawab Viona sambil tersenyum, Gilang hanya diam, namun ia tersenyum pada perempuannya itu.

***

Apa yang dirasakan Viona tak pernah diketahui Gilang, Viona masih bisa tersenyum didepan kekasihnya namun saat ia sedang sendirian ia murung, tak ada senyum yang tergurat di wajahnya. Ia bahkan makan tak bernafsu, membuat ia sakit dan akhirnya harus masuk rumah sakit.

Gilang tak tau. Viona melarang semua orang memberitahu Gilang. Beberapa minggu Gilang kehilangan kontak dengan Viona, sampai pada hari ini, dimana saat Gilang mendapat kabar dari keluarga Viona bahwa Viona telah pergi dan tidak akan kembali lagi. Gilang terpaku, menatap pusara kekasihnya yang mencintainya sangat tulus.

Seorang anak kecil menghampirinya dan memberinya sebuah amplop merah muda. “Kata kak Viona, surat ini harus dikasih ke kak Gilang pas kak Gilang ada dipemakaman kak Viona” katanya seakan tau apa yang ada di dalam hati Gilang, Gilang mengucapkan terimakasih lalu anak kecil tersebut pergi menjauh.

Kekasihku, Gilang yang kusayang.
Maaf aku tidak mengabarimu beberapa minggu ini, aku sakit, bukan Cuma tubuhku tapi juga perasaanku. Aku tak mau kamu juga merasakan sakit yang sepertiku.
Kamu tau? Sakit hati itu tak ada obatnya dibanding sakit badan. Aku tak akan berintermezo panjang lebar, aku Cuma ingin mengatakan aku tidak marah padamu soal smsmu yang bukan untukku. Aku sadar aku tak sebaik yang kamu mau. Aku terlalu manja untuk kamu.
Aku sudah pernah bilang kan kalau aku sangat mencintai kamu? Aku lega mengatakan itu dan aku tak berharap kamu mengatakan kamu juga mencintaiku karena kalau kamu mengatakan hal itu berarti kamu berbohong padaku dan aku tidak suka pria yang berbohong.
Aku berterima kasih padamu, karena kamu aku tau apa itu cinta, karena kamu aku tau apa itu artinya tak bersyarat. Pesanku hanya satu sayang, cukup aku yang kamu khianati, jangan perempuan lain yang akan menjadi kekasihmu di kemudian hari.
Aku pernah berpikir kamulah cinta terakhirku dan aku membuktikan kalau kamu benar-benar cinta terakhirku.

Dari cintamu yang sekarang berada di Surga. Viona.


Tanpa ia sadari, ia menangis membaca surat itu. Ia sangat menyesal telah menghianatinya, telah menyesal membiarkannya menahan sakitnya sendiri. Ia menatap nisan dengan linangan airmata, ia ingin mengatakan sesuatu namun mulutnya tak mampu berkata apa-apa.

“Aku menyesal Vi, aku menyesal tidak pernah mencintai kamu. Maafkan aku, maafkan aku sayang”.

0 komentar on "Aku menyesal tak mencintainya."

Posting Komentar

Minggu, 17 Juli 2011

Aku menyesal tak mencintainya.

Karya : Altha Swita Abrianto di 9:37 PM
Viona sedang gembira hari ini, pria yang ia cintai selama ini ternyata memendam perasaan yang sama padanya. Gilang. Sosok pria yang ia kenal 4 tahun lalu menyatakan perasaan padanya tepat pada hari ulangtahunnya. Ia merasakan hal yang jauh lebih indah, bahkan ia tidak bisa berkata apa-apa lagi saat ini.

Gilang yang selalu diimpikannya sekarang berada disampingnya, berada didekatnya dan menjadi sosok yang akan selalu mencintainya. Tak ada hari yang luput dari kebersamaan mereka, tawa Viona lebih ceria dibandingkan dulu, Gilang benar-benar telah membuatnya sangat bahagia.

Mereka banyak melakukan hal romantis, seperti saat ini, menatap langit malam hanya berdua. Viona menggandeng Gilang mesra. “Kamu tau apa yang aku rasain sekarang Vi?” Tanya Gilang, Viona menatapnya lalu menggeleng. Gilang tersenyum “Aku jatuh cinta sama kamu” Jawabnya.

Viona tersenyum, ia bingung harus berkata apa. Ia merasakan wajahnya memanas, ia yakin kalau saat itu Gilang bisa melihat kalau wajahnya merah merona sekarang. Ia ingin menutup wajahnya namun Gilang menahannya lalu mendekatkan wajahnya. Viona memejamkan matanya, ia merasakan ciuman Gilang mendarat dikeningnya.

Lama ia rasakan ciuman penuh perasaan itu, ia semakin yakin kalau Gilang adalah cinta terakhirnya, cinta yang selama ini ia inginkan. Cinta seorang pria yang benar-benar untuk wanitanya. Ia yakin. Sangat yakin.



***
Sebulan kemudian,

Tak ada hal menarik yang harus diceritakan selama sebulan ini, semua berjalan seperti biasanya dan tanpa hal yang menarik.

Gilang mendadak berubah, Viona merasakan hal itu namun ia memilih bungkam dan menikmati permainan Gilang yang membingungkan ini. Mereka masih sering jalan bersama namun Gilang hampir tidak pernah menggenggam tangannya, hal itu tidak dipermasalahkan secara besar-besaran oleh Viona.

Namun kadang Gilang tidak mau memperhatikannya dan malah asik sendiri dengan telepon genggamnya. Viona terima saja di perlakukan seperti itu, namun semangatnya menghilang tak seperti dulu yang penuh tawa dan senyum.

Entah Gilang merasakannya atau tidak, Viona jarang tersenyum beberapa akhir ini. Ia lebih sering termenung saat Gilang sibuk. Mungkin Gilang sedang ada pekerjaan tambahan, piker Viona. Pernah sekali ia tidak berkomunikasi dengan Gilang selama beberapa hari dan Gilang tidak mencoba mencarinya.

Sampai pada suatu hari Viona secara tak sengaja mendapat sms dari Gilang namun ia tau sms itu bukan untuknya. Sms itu untuk perempuan lain, perempuan lain yang sedang diincar Gilang. Remuklah hatinya, remuklah perasaannya yang ia simpan baik-baik hanya untuk kekasihnya.

Remuklah semua cinta tulus yang ia simpan selama beberapa tahun ini. Ia bingung harus melakukan apa, ia bingung harus membalasnya atau mencacinya. Ia menangis malam itu, menangis untuk seorang pria yang ia sendiri bingung, apakah pria itu akan menangisinya jika ia melakukan hal itu? Apa pria itu akan tetap bertahan walaupun perasaannya tidak lagi untuk pria itu?

Ia mencoba berhenti menangis namun ia tak sanggup merasakan sakitnya, bahkan jika ia mampu berteriak, dia ingin berteriak sekarang. Sebegitu membosankankah dirinya? Sebegitu tak pantaskah dirinya untuk dicinta? Ia terus berpikir, terus bertanya, terus berharap kalau yang ia rasakan adalah mimpi.

***

Viona memaafkan Gilang walaupun Gilang tidak meminta maaf, ia tetap mencintai pria yang menghianatinya. Entah siapa yang sekarang Gilang cintai, Vionakah atau perempuan lainkah. Viona tak mau ambil pusing, selama ia masih bersama Gilang ia tidak peduli untuk siapa hati Gilang.

Tanpa Viona tau, Gilang diam-diam merasa bersalah, ia tau kalau ia telah salah mengirim sms. Ia ingin meminta maaf tapi Viona tidak pernah membahas sms itu padanya, tak sampaikah smsnya atau Viona tak sempat membacanya. Kalaupun iya Viona mendapat sms itu harusnya ia marah.

Namun Gilang merasa sedikit lega karena sikap Viona tidak berubah sedikitpun padanya, namun hal itulah yang membuat Gilang merasa semakin bersalah. Segitu besarkah perasaan Viona padanya? Segitu tak pedulinyakah Viona dengan perasaan dirinya? Segitu besarkah perasaannya/? Segitu tegarkah dia dengan keadaan ini?

Hari ini Gilang berniat meminta maaf kepada Viona. Mereka hanya berdua, di sebuah taman dimana mereka suka menghabiskan waktu bersama. Viona masih suka bergelayut manja pada Gilang, keduanya terdiam tak mengeluarkan satu kalimatpun.

“Gilang, kamu tau apa yang aku rasain sekarang?” Tanya Viona seperti pertanyaan Gilang saat itu, Gilang menggeleng “aku sangat mencintai kamu” Jawab Viona sambil tersenyum, Gilang hanya diam, namun ia tersenyum pada perempuannya itu.

***

Apa yang dirasakan Viona tak pernah diketahui Gilang, Viona masih bisa tersenyum didepan kekasihnya namun saat ia sedang sendirian ia murung, tak ada senyum yang tergurat di wajahnya. Ia bahkan makan tak bernafsu, membuat ia sakit dan akhirnya harus masuk rumah sakit.

Gilang tak tau. Viona melarang semua orang memberitahu Gilang. Beberapa minggu Gilang kehilangan kontak dengan Viona, sampai pada hari ini, dimana saat Gilang mendapat kabar dari keluarga Viona bahwa Viona telah pergi dan tidak akan kembali lagi. Gilang terpaku, menatap pusara kekasihnya yang mencintainya sangat tulus.

Seorang anak kecil menghampirinya dan memberinya sebuah amplop merah muda. “Kata kak Viona, surat ini harus dikasih ke kak Gilang pas kak Gilang ada dipemakaman kak Viona” katanya seakan tau apa yang ada di dalam hati Gilang, Gilang mengucapkan terimakasih lalu anak kecil tersebut pergi menjauh.

Kekasihku, Gilang yang kusayang.
Maaf aku tidak mengabarimu beberapa minggu ini, aku sakit, bukan Cuma tubuhku tapi juga perasaanku. Aku tak mau kamu juga merasakan sakit yang sepertiku.
Kamu tau? Sakit hati itu tak ada obatnya dibanding sakit badan. Aku tak akan berintermezo panjang lebar, aku Cuma ingin mengatakan aku tidak marah padamu soal smsmu yang bukan untukku. Aku sadar aku tak sebaik yang kamu mau. Aku terlalu manja untuk kamu.
Aku sudah pernah bilang kan kalau aku sangat mencintai kamu? Aku lega mengatakan itu dan aku tak berharap kamu mengatakan kamu juga mencintaiku karena kalau kamu mengatakan hal itu berarti kamu berbohong padaku dan aku tidak suka pria yang berbohong.
Aku berterima kasih padamu, karena kamu aku tau apa itu cinta, karena kamu aku tau apa itu artinya tak bersyarat. Pesanku hanya satu sayang, cukup aku yang kamu khianati, jangan perempuan lain yang akan menjadi kekasihmu di kemudian hari.
Aku pernah berpikir kamulah cinta terakhirku dan aku membuktikan kalau kamu benar-benar cinta terakhirku.

Dari cintamu yang sekarang berada di Surga. Viona.


Tanpa ia sadari, ia menangis membaca surat itu. Ia sangat menyesal telah menghianatinya, telah menyesal membiarkannya menahan sakitnya sendiri. Ia menatap nisan dengan linangan airmata, ia ingin mengatakan sesuatu namun mulutnya tak mampu berkata apa-apa.

“Aku menyesal Vi, aku menyesal tidak pernah mencintai kamu. Maafkan aku, maafkan aku sayang”.

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting