Selasa, 03 Januari 2012

Cintaku pada Intan

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 8:50 PM
Namanya Intan...
Memang tak semodern nama masa kini namun itulah yang membuatnya berbeda dari gadis lainnya yang silih berganti mengisi hatiku.

Malam itu, malam perkenalanku dengannya. Walau kondisiku sangat tidak memungkinkan untuk memperhatikan detail seseorang namun aku bisa mengenali siapa yang menolongku dari kejaran perempuan gila yang mengaku hamil anakku, bayangkan saja, menyentuh pundaknya saja aku tak pernah apalagi menghamilinya.

Saat itu aku berlari di gang sepi sebuah perkampungan dan tak sengaja menabrak tubuh mungil seorang gadis. Tanpa mengucapkan sepatah katapun aku menarik tangannya dan membuatnya berlari bersamaku, herannya pula ia tidak mencoba mencegah atau melepaskan peganganku.



"Tuan, belok sini saja" katanya menunjuk arah kiri saat aku belok kanan di  perempatan kampung itu. Aku menurut saja, lebih baik begini daripada harus berurusan dengan perempuan gila itu.
Sekarang aku hanya membuntutinya, tak tahu ia akan membawaku kemana.

Aku dan dia memasuki sebuah rumah mungil diujung gang dengan cahayanya yang remang-remang, mungkin ini rumahnya. Aku tak tahu pasti.
Setelah ia menyilahkanku duduk, ia masuk kedalam, selang beberapa menit ia kembali dengan secangkir teh dan diletakkannya dimeja yang ada di hadapanku.

Kuseduh teh itu sambil memperhatikan dirinya.
"Kau ingin pergi kemana dengan pakaianmu yang seperti itu?" tanyaku lancang. Dia menunduk dan melihat pakaiannya sendiri.
"Bekerja Tuan" sahutnya sopan. Aku mengangguk dan meneguk tehku lagi.

"Bekerja? Selarut ini?" tanyaku lagi, ah lancang sekali bibirku ini mengetahui profesi seseorang yang bahkan namanya saja tidak aku ketahui.
Dia hanya mengangguk dan tersenyum, sama sekali tidak terganggu dengan pertanyaan lancangku.

"Tuan, sedang apa selarut ini berlari-lari seperti tadi?" tanyanya kemudian.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Bagas" kataku canggung sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali.
Lama aku menatapnya ditengah perbincangan kami.

Aku suka sekali senyum ramahnya, aku suka mata bulat indahnya, aku suka bibir tebalnya dilapisi lipstik merah, aku suka harum parfumnya yang khas, aku suka lengan kecilnya yang memudahkanku untuk menyentuhnya, aku suka dadanya yang tidak terlalu besar namun gurih untuk dinikmati, aku suka bentuk pinggulnya yang nikmat saat dipeluk, aku suka kaki mungilnya berbalut heelsnya yang tidak terlalu tinggi.

Saat ia menyebutkan namanya Intan, aku terdiam. Nama yang indah, nama yang sesuai untuk kepribadian gadis ini.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun.
Aku merasa cintaku pada Intan harus segera di ikrarkan.

Aku tidak pernah peduli cacian oranglain tentang Intan
Aku tidak pernah percaya apa yang oranglain katakan tentang Intan
Aku tidak pernah mau tahu apa yang Intan lakukan dibelakangku
Aku tidak pernah suka bila seseorang mengejek Intan termasuk keluargaku
Dan yang paling penting Aku tidak pernah mempermasalahkan pekerjaannya sebagai pelacur karena walaupun badannya dijamah pria jalang lain, aku tahu cintanya hanya untukku.

0 komentar on "Cintaku pada Intan"

Posting Komentar

Selasa, 03 Januari 2012

Cintaku pada Intan

Karya : Altha Swita Abrianto di 8:50 PM
Namanya Intan...
Memang tak semodern nama masa kini namun itulah yang membuatnya berbeda dari gadis lainnya yang silih berganti mengisi hatiku.

Malam itu, malam perkenalanku dengannya. Walau kondisiku sangat tidak memungkinkan untuk memperhatikan detail seseorang namun aku bisa mengenali siapa yang menolongku dari kejaran perempuan gila yang mengaku hamil anakku, bayangkan saja, menyentuh pundaknya saja aku tak pernah apalagi menghamilinya.

Saat itu aku berlari di gang sepi sebuah perkampungan dan tak sengaja menabrak tubuh mungil seorang gadis. Tanpa mengucapkan sepatah katapun aku menarik tangannya dan membuatnya berlari bersamaku, herannya pula ia tidak mencoba mencegah atau melepaskan peganganku.



"Tuan, belok sini saja" katanya menunjuk arah kiri saat aku belok kanan di  perempatan kampung itu. Aku menurut saja, lebih baik begini daripada harus berurusan dengan perempuan gila itu.
Sekarang aku hanya membuntutinya, tak tahu ia akan membawaku kemana.

Aku dan dia memasuki sebuah rumah mungil diujung gang dengan cahayanya yang remang-remang, mungkin ini rumahnya. Aku tak tahu pasti.
Setelah ia menyilahkanku duduk, ia masuk kedalam, selang beberapa menit ia kembali dengan secangkir teh dan diletakkannya dimeja yang ada di hadapanku.

Kuseduh teh itu sambil memperhatikan dirinya.
"Kau ingin pergi kemana dengan pakaianmu yang seperti itu?" tanyaku lancang. Dia menunduk dan melihat pakaiannya sendiri.
"Bekerja Tuan" sahutnya sopan. Aku mengangguk dan meneguk tehku lagi.

"Bekerja? Selarut ini?" tanyaku lagi, ah lancang sekali bibirku ini mengetahui profesi seseorang yang bahkan namanya saja tidak aku ketahui.
Dia hanya mengangguk dan tersenyum, sama sekali tidak terganggu dengan pertanyaan lancangku.

"Tuan, sedang apa selarut ini berlari-lari seperti tadi?" tanyanya kemudian.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil saja Bagas" kataku canggung sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal sama sekali.
Lama aku menatapnya ditengah perbincangan kami.

Aku suka sekali senyum ramahnya, aku suka mata bulat indahnya, aku suka bibir tebalnya dilapisi lipstik merah, aku suka harum parfumnya yang khas, aku suka lengan kecilnya yang memudahkanku untuk menyentuhnya, aku suka dadanya yang tidak terlalu besar namun gurih untuk dinikmati, aku suka bentuk pinggulnya yang nikmat saat dipeluk, aku suka kaki mungilnya berbalut heelsnya yang tidak terlalu tinggi.

Saat ia menyebutkan namanya Intan, aku terdiam. Nama yang indah, nama yang sesuai untuk kepribadian gadis ini.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun.
Aku merasa cintaku pada Intan harus segera di ikrarkan.

Aku tidak pernah peduli cacian oranglain tentang Intan
Aku tidak pernah percaya apa yang oranglain katakan tentang Intan
Aku tidak pernah mau tahu apa yang Intan lakukan dibelakangku
Aku tidak pernah suka bila seseorang mengejek Intan termasuk keluargaku
Dan yang paling penting Aku tidak pernah mempermasalahkan pekerjaannya sebagai pelacur karena walaupun badannya dijamah pria jalang lain, aku tahu cintanya hanya untukku.

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting