Selasa, 28 Februari 2012

My love stay with you [Part 2-End]

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 10:06 PM
Poster By : Shim Soomi @ http://fanfictionloverz.wordpress.com/

 
Sudah hampir 3 bulan Kangin tidak menemui Hanna, bukannya tidak ingin namun ia merasa takut untuk bertemu dengan gadis manis tersebut. Kangin mendekap wajahnya dibantalnya yang empuk, Kyuhyun si raja iseng menggoyangkan badannya. “Hyung, sedang apa kau?” tanya Kyuhyun tanpa memperdulikan mood Kangin.

            “Jangan ganggu aku anak nakal,” jawab Kangin.

            Memang dasarnya Kyuhyun sedang jahil ia mengguncangkan kembali tubuh Kangin. “Hyung, temani aku bermain game,” bujuknya tak mau tahu. Kangin mendongakkan wajahnya kesal dan menatap Kyuhyun yang menatapnya dengan wajah aegyo-nya. “Aku tidak mau,” Kangin membenamkan wajahnya lagi.

 
            Kyuhyun tidak menyerah, sekarang ia malah menduduki badan Kangin. “Ayo Hyung cuma kau yang ada di dorm saat ini,” ujar Kyuhyun lagi.

            “WAA Kyuhyun-a turun kau atau ku hajar kau nanti!” ancam Kangin. Kyuhyun menggeleng. “Tidak sampai kau menemaniku bermain,” rengek magnae Super Junior ini. Kangin mendesah pasrah “Bagaimana aku akan menemanimu kalau kau berada tepat diatasku?”

            Mendengar kalimat menyerah Kangin, Kyuhyun turun dan badan Kangin dan segera menarik tangan Kangin menuju kamarnya. Bukan Kyuhyun namanya kalau tidak membuatku kesal. Batin Kangin.

            “Sungmin atau Heechul Hyung memangnya kemana?” tanya Kangin saat permainan baru dimulai. “Mereka sedang keluar, katanya mau bertemu teman lama,” jawab Kyuhyun yang sibuk dengan layar komputernya.

            “Yang lain?” tanya Kangin lagi, tak terlalu serius bermain. 

        Kyuhyun mendecak melihat permainan Hyungnya ini. “Mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing,” jawab Kyuhyun sekenanya.

            “Lalu kenapa kau tidak menyibukkan diri dengan kegiatanmu juga?” 

          “Kau lihat tidak aku sedang sibuk dengan game-ku,” jawab Kyuhyun sedikit kesal dengan Kangin, melihat Kyuhyun kesal, Kangin tertawa. “Maaf dongsaengku sayang, sepertinya aku juga harus menyibukkan diri dengan kegiatanku sekarang,” kata Kangin yang sudah berdiri dan siap meninggalkan Kyuhyun.

            “YA! Kangin-a jangan pergi kau!” perintah Kyuhyun pada Kangin.

            PLETAK!

            Sebuah jitakan mendarat indah dikepala Kyuhyun, pria jahil itu sibuk mengelus kepalanya dan tak menyadari kalau Kangin telah keluar dari kamarnya dan meninggalkan dorm dengan segala penyamarannya.

            Kangin tidak tahu akan kemana ia melangkah, yang pasti dia hanya ingin menghindari Kyuhyun dan gamenya yang tidak akan habis dimainkan dalam waktu 1 atau 2 jam. Secara tak sengaja, Kangin melihat seorang gadis yang ia kenal. Hanna. Disebuah coffee shop. Bersama seorang pria yang tak dikenalnya.

            Kangin sedikit terperanjat melihat pemandangan disana, Hanna sangat dimanjakan oleh pria itu dan ia terlihat senang. Kangin tersenyum getir, entah mengapa hatinya merasa tidak rela Hanna bersama pria lain.

            Saat sedang memperhatikan Hanna, tiba-tiba gadis itu tak sengaja melihat kearahnya. Kangin yang tak menyangka Hanna akan menyadari kehadirannya segera beranjak pergi dari tempatnya. 

Hanna tak mendengarkan lagi apa yang di katakan lelaki yang sedang berada disampingnya setelah ia melihat Kangin yang memerhatikannya. “Hanna-ya, apa kau tidak mendengarku?” panggil Park Ji Bin yang menyadari Hanna sedang termenung. Hanna yang terkejut mendengar teguran Ji Bin hanya tersenyum, “Mianheyo aku sedang tidak enak badan, bisa kau antarkan aku pulang?” tanya Hanna sopan sambil menggerakkan tangannya.


            Ji Bin mengangguk mengerti. “O, kajja,” kata lelaki itu sambil berdiri dan merangkul Hanna keluar dari Coffee Shop itu.

            Saat perjalanan, Hanna dan Ji Bin melihat sebuah poster iklan Super Junior. “Kau lihat pria-pria di poster itu?” tanya Ji Bin, Hanna hanya mengangguk tanpa mengeluarkan jawaban, “Lihatlah yang badannya tegap, si Kim Youngwoon yang mengaku sebagai pria tampang nomor 1 di Korea itu terlihat tidak pantas menari dengan member yang lainnya, ukuran badannya sedikit mengganggu,” kata Ji Bin seperti mengejek.

            Hanna yang tidak suka perkataan Ji Bin menghentikan langkahnya dan memandang pria itu sinis. “Kau pikir kau lebih hebat dari dia?” tanya Hanna kesal, Ji Bin terkejut dengan perkataan Hanna tersebut. “Hai, kau ini kenapa?” tanya Ji Bin.

            “Kalau kau tidak menyukai Kim Youngwoon, jangan menjelek-jelekkan dirinya apalagi kalau kau tidak mempunyai kelebihan seperti dirinya!” kata Hanna lagi. Sekarang ia menunjukkan wajahnya yang kesal pada Ji Bin. “Kenapa kau jadi marah seperti ini Hanna-ya?” tanya Ji Bin semakin tidak mengerti.

            Hanna yang sudah kesal dengan Ji Bin kemudian menginjak kaki besar pria itu kemudian pergi meninggalkannya yang sedang mengaduh kesakitan. “Dia pikir dia siapa berani menghakimi Kangin,” batin Hanna.

**

“Hanna annyeong,” sapa Leeteuk yang baru datang di toko bunga Hanna, Hanna yang mendengar suara Leeteuk buru-buru keluar dari dalam dan membungkukkan badannya. “Sedang sibuk?” tanya Leeteuk, Hanna menggeleng.

Waeyo Oppa?” tanyanya manis. “Tutuplah tokomu, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” ajak Leeteuk, Hanna yang terkejut mendengar ajakan Leeteuk hanya bisa diam di tempat. “Kau mengajakku jalan-jalan Oppa?” tanya Hanna meyakinkan dirinya, Leeteuk mengangguk.

            Setelah yakin bahwa Leeteuk benar-benar mengajaknya jalan-jalan, Hanna masuk kedalam untuk mengganti bajunya dan tak lama ia menutup tokonya.

            “Kita mau kemana?” tanya Hanna saat Leeteuk baru saja masuk kedalam mobil. “Kau juga akan tahu,” jawab Leeteuk tak seperti yang di harapkan Hanna.

            Leeteuk ternyata mengajak Hanna untuk pergi ke salon dan meminta beberapa orang untuk me-make over­ Hanna secantik mungkin, setelah urusan mereka di salon selesai Leeteuk memarkirkan mobilnya di sebuah toko pakaian terkenal di Seoul dan menyuruh Hanna untuk membeli pakaian yang diinginkannya, Hanna yang tidak mengerti apa yang terjadi menolak Leeteuk membelikannya pakaian namun Leeteuk akhirnya menyuruh beberapa pramuniaga untuk membantu Hanna memilihkan baju serta sepatu yang sesuai untuk Hanna.

            Hanna hanya bisa pasrah, setelah di dandani habis-habisan sekarang ia harus memakai baju yang harganya selangit. “Oppa, aku tidak mengerti apa maksud semua ini,” kata Hanna saat mereka melanjutkan perjalanan mereka lagi, Leeteuk hanya tersenyum puas. “Dan aku tidak mengerti kenapa kau membawaku keluar Seoul,” kata Hanna lagi.

            “Jadilah anak baik Hanna-ya,” kata Leeteuk membuat Hanna mendesah panjang. Matahari semakin meredup namun Leeteuk dan Hanna belum juga sampai di tempat tujuan mereka. Sebuah telepon masuk ke ponsel Leeteuk. “Tunggulah disana, aku akan segera tiba,” kata Leeteuk sebelum ia mematikan ponselnya. “Nuguya?” tanya Hanna, Leeteuk hanya meliriknya sebentar lalu tersenyum. Hanna akhirnya pasrah untuk bertanya lagi pada Leeteuk.

            Setengah jam berlalu, akhirnya Leeteuk memakirkan mobilnya diparkiran sebuah tempat wisata bukit. “Naiklah keatas bukit itu, kau akan tahu siapa yang akan kau temui,” kata Leeteuk seperti memberi perintah, Hanna hanya mengangguk lalu melakukan apa yang diperintahkan Leeteuk.

            Sesampainya diatas, Hanna melihat seorang yang amat ia kenali. “Leeteuk Hyung…,” kata Kangin terpotong saat yang ia lihat bukanlah Leeteuk melainkan Hanna. “Kau? Kau sedang apa disini?” tanya Kangin dengan wajah terkejut.

            “Aku hanya diperintahkan Leeteuk Oppa untuk naik dan aku tidak tahu kalau kau ada disini,” ucap Hanna yang sama terkejutnya dengan Kangin, kemudian mereka melihat ke bawah dan tidak menemukan mobil Leeteuk disana. Ponsel Kangin berdering. “Selamat ulang tahun Kangin-a, terimalah kejutan dariku,” kata Leetuk diujung telepon, belum sempat Kangin menyahut, Leeteuk sudah mematikan teleponnya dan tertawa puas didalam mobilnya.

            “Wae?” tanya Hanna tak mengerti saat melihat Kangin menutup telepon dan memandangnya penuh arti. “Leeteuk Hyung tidak mengatakan kau akan bertemu denganku?” tanya Kangin, Hanna menggeleng.

            “Apa hari ini adalah hari spesialmu?” tanya Hanna saat Kangin dan dirinya duduk berdampingan, Kangin berdehem. “Leeteuk hyung juga tidak memberitahumu?” tanya Kangin, Hanna kembali menggeleng.

            “Dasar lelaki tak bertanggungjawab,” umpat Kangin pelan. “Hei! Apa kau benar-benar tidak mengingat sesuatu tentang hari ini?” tanya Kangin yang terkejut mengingat sesuatu, Hanna mengerlingkan matanya mencoba mengingat sesuatu kemudian ia melihat ponselnya dan mencari-cari sesuatu disana.

            Kangin mencoba melihat apa yang dicari Hanna di ponselnya namun Hanna tak memberikan celah bagi Kangin. “Aku tahu Oppa,” kata Hanna girang “Mwo?” tanya Kangin.

            “Saengil cukkhaehamnida Oppa,” kata Hanna lalu memeluk Kangin. Kangin yang terkejut mendapat pelukan Hanna tak mampu membalas pelukan Hanna, apalagi ia tahu kalau Hanna tengah menjalin hubungan dengan seorang pria.

            Hanna yang merasa tak mendapat pelukan balasan melepaskan pelukannya pada Kangin, “Mian,” kata Hanna dengan wajah penyesalan. “Gwechana,” jawab Kangin sambil tersenyum dan memamerkan eye smilenya yang membuat Hanna mencintainya. Keduanya kini saling terdiam dan canggung.

            “Oppa.” Hanna menyentuh pundak Kangin, pria itu menoleh.

            “Ne,” sahutnya.

            Hanna menggigit bibirnya, seakan ragu untuk mengutarakan maksudnya. “A-Apa… Kau sudah punya kekasih?” tanya Hanna kemudian ia menunduk.

            “Belum, kau sendiri?” tanya Kangin.

            Hanna menatap Kangin terkejut kemudian menggeleng, Kangin tersenyum sinis. “Lalu, pria yang bersamamu di café waktu itu?” tanya Kangin. Hanna terkejut, dia baru saja ingin menjelaskannya namun Kangin sudah bersuara. “Sudahlah, aku tahu kau telah melupakanku karena menurutmu aku tak mencintaimu kan?”

            Hanna menggeleng. “Aniyo Oppa, aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan pria itu,” kata Hanna membela dirinya.

            “Aku melihat jelas kalau dia menyukaimu,” kata Kangin ngotot. “Kau hanya melihat dia yang menyukaiku kan? Bukan aku yang menyukainya?” tanya Hanna tak kalah ngotot.

            Kangin terdiam, dia memang tidak melihat Hanna terlalu merespon pria itu, “Tetap saja, kau pergi kencan dengannya,” kata Kangin masih tidak ingin mengalah. Hanna menghela nafas dalam tak tahu lagi apa yang harus ia bicarakan, ia masih menatap Kangin yang sedang menunduk, “Kau cemburu Oppa?” tanya Hanna tiba-tiba sambil menyentuh pundak Kangin agar ia menatapnya.

            Kangin menoleh cepat kearah Hanna. “Maksudmu?” tanyanya pura-pura tak mengerti.

            “Kau cemburu melihatku dengan pria itu?” tanya Hanna lebih detail. Kangin diam, ia hanya menatap Hanna tanpa memberikan jawaban sedangkan Hanna memandangnya meminta jawaban.

            “A-Aniyo, siapa yang bilang aku cemburu,” elak Kangin kemudian.

            “Ucapanmu, sikapmu dan matamu,” jawab Hanna. Kangin terdiam lagi, dia mulai bingung harus mengelak bagaimana lagi. Ia menelan ludahnya sendiri. “Aku tidak cemburu,” jawab Kangin masih mengelak. Hanna tiba-tiba tersenyum.

            “Baiklah kalau kau memang tidak cemburu atau tidak mencintaiku, mungkin aku akan menerima lamaran darinya,” kata Hanna membuat Kangin membelalakkan matanya dan terdiam. Hanna masih berada ditempatnya, memandang Kangin dengan penuh harapan agar dia mencegah Hanna dan mengatakan perasaannya pada Hanna.

            Namun, harapan Hanna sia-sia, Kangin tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu. Dia menghela nafasnya kemudian beranjak dari tempatnya. Kangin masih bergeming dan tidak menatap Hanna.

            Perlahan, Hanna mundur dan meninggalkan Kangin yang masih diam di tempatnya. Airmatanya menggenang di pelupuk matanya, ia tidak menyangka pria yang ia cintai akan setega ini menghempaskannya. Dia berjalan perlahan, masih sedikit berharap Kangin mengejarnya namun harapan itu kembali menjadi sia-sia.

**

Prolog.

Aku memandang langit cerah, menghembuskan nafasku perlahan seperti biasanya. Mungkin memang takdirku berjalan seperti ini atau mungkin aku yang menyalahkan takdirku sendiri. Biarkan saja, yang terpenting sekarang aku merasa bahagia.

Aku menurunkan pandanganku, melihat dua orang anak kecil tengah bermain kejar-kejaran di kejauhan sana.
Appa! Kemari!” teriak salah satunya sambil melambaikan tangan ke arahku. Mereka kembar dan sampai umur mereka 7 tahun aku masih belum bisa membedakan mereka berdua. Aku tersenyum. “Tunggu Eomma-mu dulu ya!” balasku dengan teriakan juga.

Kulihat mereka mengangguk lalu kembali bermain seperti tadi. Aku masih menatap mereka, tersenyum melihat kegembiraan yang terpancar dari wajah malaikat-malaikatku.

Tiba-tiba sepasang tangan menyusup dipinggangku, kepalanya tersandar di punggungku. Hangat, hangat yang kurasakan seperti biasanya. Aku membalikkan badanku, melihat wajah malaikatku yang paling kucintai.
“Anak-anak sudah menunggumu,” kataku. Dia hanya tersenyum. Senyum yang selama 8 tahun menghiasi hariku, senyum yang akhirnya bisa kudapat karena menghilangkan gengsiku.

Andai saat itu aku tidak mengejarnya dan menyatakan cintaku padanya mungkin aku tidak akan mendapatkannya sekarang. “Kajja kita hampiri mereka,” ajaknya sambil menarik lenganku. Aku menahannya, dia menoleh.

“Berikan aku satu kecupan hangat,” pintaku sambil mengerling nakal padanya. Dia tersenyum lalu memukul pelan lenganku yang dipegangnya. “Tidak mau,” jawabnya. Aku melotot. “Berikan secara sukarela atau aku akan memaksanya,” ancamku. Dia tetap menggeleng.

“Song Hanna. Istriku dan ibu dari kedua anakku, kau sudah mengenalku bertahun-tahun ‘kan? Kenapa masih berani menolak permintaanku?” kataku pura-pura garang. Dia terkikik.

“Kim Youngwoon. Suamiku dan ayah dari kedua anakku, kau sudah mengenalku bertahun-tahun’kan? Kenapa kau masih terus saja memaksakan kehendakmu?” katanya dengan mengulang semua perkataanku tadi.

Aku menarik tangannya, meminimalisir jarak antara kami berdua. “Kau berani ya..”

Aku mendekatkan wajahku padanya, walau sudah bertahun-tahun kulakukan tetap saja jantung ini berdegup kencang saat akan melakukannya.

Kurasakan bibirku menempel lembut di bibirnya. Kecupan hangat dari seorang wanita yang menerimaku siapapun diriku. Aku mencintainya dan berjanji tidak akan meninggalkannya sampai kapanpun.

The End

0 komentar on "My love stay with you [Part 2-End]"

Posting Komentar

Selasa, 28 Februari 2012

My love stay with you [Part 2-End]

Karya : Altha Swita Abrianto di 10:06 PM
Poster By : Shim Soomi @ http://fanfictionloverz.wordpress.com/

 
Sudah hampir 3 bulan Kangin tidak menemui Hanna, bukannya tidak ingin namun ia merasa takut untuk bertemu dengan gadis manis tersebut. Kangin mendekap wajahnya dibantalnya yang empuk, Kyuhyun si raja iseng menggoyangkan badannya. “Hyung, sedang apa kau?” tanya Kyuhyun tanpa memperdulikan mood Kangin.

            “Jangan ganggu aku anak nakal,” jawab Kangin.

            Memang dasarnya Kyuhyun sedang jahil ia mengguncangkan kembali tubuh Kangin. “Hyung, temani aku bermain game,” bujuknya tak mau tahu. Kangin mendongakkan wajahnya kesal dan menatap Kyuhyun yang menatapnya dengan wajah aegyo-nya. “Aku tidak mau,” Kangin membenamkan wajahnya lagi.

 
            Kyuhyun tidak menyerah, sekarang ia malah menduduki badan Kangin. “Ayo Hyung cuma kau yang ada di dorm saat ini,” ujar Kyuhyun lagi.

            “WAA Kyuhyun-a turun kau atau ku hajar kau nanti!” ancam Kangin. Kyuhyun menggeleng. “Tidak sampai kau menemaniku bermain,” rengek magnae Super Junior ini. Kangin mendesah pasrah “Bagaimana aku akan menemanimu kalau kau berada tepat diatasku?”

            Mendengar kalimat menyerah Kangin, Kyuhyun turun dan badan Kangin dan segera menarik tangan Kangin menuju kamarnya. Bukan Kyuhyun namanya kalau tidak membuatku kesal. Batin Kangin.

            “Sungmin atau Heechul Hyung memangnya kemana?” tanya Kangin saat permainan baru dimulai. “Mereka sedang keluar, katanya mau bertemu teman lama,” jawab Kyuhyun yang sibuk dengan layar komputernya.

            “Yang lain?” tanya Kangin lagi, tak terlalu serius bermain. 

        Kyuhyun mendecak melihat permainan Hyungnya ini. “Mereka sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing,” jawab Kyuhyun sekenanya.

            “Lalu kenapa kau tidak menyibukkan diri dengan kegiatanmu juga?” 

          “Kau lihat tidak aku sedang sibuk dengan game-ku,” jawab Kyuhyun sedikit kesal dengan Kangin, melihat Kyuhyun kesal, Kangin tertawa. “Maaf dongsaengku sayang, sepertinya aku juga harus menyibukkan diri dengan kegiatanku sekarang,” kata Kangin yang sudah berdiri dan siap meninggalkan Kyuhyun.

            “YA! Kangin-a jangan pergi kau!” perintah Kyuhyun pada Kangin.

            PLETAK!

            Sebuah jitakan mendarat indah dikepala Kyuhyun, pria jahil itu sibuk mengelus kepalanya dan tak menyadari kalau Kangin telah keluar dari kamarnya dan meninggalkan dorm dengan segala penyamarannya.

            Kangin tidak tahu akan kemana ia melangkah, yang pasti dia hanya ingin menghindari Kyuhyun dan gamenya yang tidak akan habis dimainkan dalam waktu 1 atau 2 jam. Secara tak sengaja, Kangin melihat seorang gadis yang ia kenal. Hanna. Disebuah coffee shop. Bersama seorang pria yang tak dikenalnya.

            Kangin sedikit terperanjat melihat pemandangan disana, Hanna sangat dimanjakan oleh pria itu dan ia terlihat senang. Kangin tersenyum getir, entah mengapa hatinya merasa tidak rela Hanna bersama pria lain.

            Saat sedang memperhatikan Hanna, tiba-tiba gadis itu tak sengaja melihat kearahnya. Kangin yang tak menyangka Hanna akan menyadari kehadirannya segera beranjak pergi dari tempatnya. 

Hanna tak mendengarkan lagi apa yang di katakan lelaki yang sedang berada disampingnya setelah ia melihat Kangin yang memerhatikannya. “Hanna-ya, apa kau tidak mendengarku?” panggil Park Ji Bin yang menyadari Hanna sedang termenung. Hanna yang terkejut mendengar teguran Ji Bin hanya tersenyum, “Mianheyo aku sedang tidak enak badan, bisa kau antarkan aku pulang?” tanya Hanna sopan sambil menggerakkan tangannya.


            Ji Bin mengangguk mengerti. “O, kajja,” kata lelaki itu sambil berdiri dan merangkul Hanna keluar dari Coffee Shop itu.

            Saat perjalanan, Hanna dan Ji Bin melihat sebuah poster iklan Super Junior. “Kau lihat pria-pria di poster itu?” tanya Ji Bin, Hanna hanya mengangguk tanpa mengeluarkan jawaban, “Lihatlah yang badannya tegap, si Kim Youngwoon yang mengaku sebagai pria tampang nomor 1 di Korea itu terlihat tidak pantas menari dengan member yang lainnya, ukuran badannya sedikit mengganggu,” kata Ji Bin seperti mengejek.

            Hanna yang tidak suka perkataan Ji Bin menghentikan langkahnya dan memandang pria itu sinis. “Kau pikir kau lebih hebat dari dia?” tanya Hanna kesal, Ji Bin terkejut dengan perkataan Hanna tersebut. “Hai, kau ini kenapa?” tanya Ji Bin.

            “Kalau kau tidak menyukai Kim Youngwoon, jangan menjelek-jelekkan dirinya apalagi kalau kau tidak mempunyai kelebihan seperti dirinya!” kata Hanna lagi. Sekarang ia menunjukkan wajahnya yang kesal pada Ji Bin. “Kenapa kau jadi marah seperti ini Hanna-ya?” tanya Ji Bin semakin tidak mengerti.

            Hanna yang sudah kesal dengan Ji Bin kemudian menginjak kaki besar pria itu kemudian pergi meninggalkannya yang sedang mengaduh kesakitan. “Dia pikir dia siapa berani menghakimi Kangin,” batin Hanna.

**

“Hanna annyeong,” sapa Leeteuk yang baru datang di toko bunga Hanna, Hanna yang mendengar suara Leeteuk buru-buru keluar dari dalam dan membungkukkan badannya. “Sedang sibuk?” tanya Leeteuk, Hanna menggeleng.

Waeyo Oppa?” tanyanya manis. “Tutuplah tokomu, aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” ajak Leeteuk, Hanna yang terkejut mendengar ajakan Leeteuk hanya bisa diam di tempat. “Kau mengajakku jalan-jalan Oppa?” tanya Hanna meyakinkan dirinya, Leeteuk mengangguk.

            Setelah yakin bahwa Leeteuk benar-benar mengajaknya jalan-jalan, Hanna masuk kedalam untuk mengganti bajunya dan tak lama ia menutup tokonya.

            “Kita mau kemana?” tanya Hanna saat Leeteuk baru saja masuk kedalam mobil. “Kau juga akan tahu,” jawab Leeteuk tak seperti yang di harapkan Hanna.

            Leeteuk ternyata mengajak Hanna untuk pergi ke salon dan meminta beberapa orang untuk me-make over­ Hanna secantik mungkin, setelah urusan mereka di salon selesai Leeteuk memarkirkan mobilnya di sebuah toko pakaian terkenal di Seoul dan menyuruh Hanna untuk membeli pakaian yang diinginkannya, Hanna yang tidak mengerti apa yang terjadi menolak Leeteuk membelikannya pakaian namun Leeteuk akhirnya menyuruh beberapa pramuniaga untuk membantu Hanna memilihkan baju serta sepatu yang sesuai untuk Hanna.

            Hanna hanya bisa pasrah, setelah di dandani habis-habisan sekarang ia harus memakai baju yang harganya selangit. “Oppa, aku tidak mengerti apa maksud semua ini,” kata Hanna saat mereka melanjutkan perjalanan mereka lagi, Leeteuk hanya tersenyum puas. “Dan aku tidak mengerti kenapa kau membawaku keluar Seoul,” kata Hanna lagi.

            “Jadilah anak baik Hanna-ya,” kata Leeteuk membuat Hanna mendesah panjang. Matahari semakin meredup namun Leeteuk dan Hanna belum juga sampai di tempat tujuan mereka. Sebuah telepon masuk ke ponsel Leeteuk. “Tunggulah disana, aku akan segera tiba,” kata Leeteuk sebelum ia mematikan ponselnya. “Nuguya?” tanya Hanna, Leeteuk hanya meliriknya sebentar lalu tersenyum. Hanna akhirnya pasrah untuk bertanya lagi pada Leeteuk.

            Setengah jam berlalu, akhirnya Leeteuk memakirkan mobilnya diparkiran sebuah tempat wisata bukit. “Naiklah keatas bukit itu, kau akan tahu siapa yang akan kau temui,” kata Leeteuk seperti memberi perintah, Hanna hanya mengangguk lalu melakukan apa yang diperintahkan Leeteuk.

            Sesampainya diatas, Hanna melihat seorang yang amat ia kenali. “Leeteuk Hyung…,” kata Kangin terpotong saat yang ia lihat bukanlah Leeteuk melainkan Hanna. “Kau? Kau sedang apa disini?” tanya Kangin dengan wajah terkejut.

            “Aku hanya diperintahkan Leeteuk Oppa untuk naik dan aku tidak tahu kalau kau ada disini,” ucap Hanna yang sama terkejutnya dengan Kangin, kemudian mereka melihat ke bawah dan tidak menemukan mobil Leeteuk disana. Ponsel Kangin berdering. “Selamat ulang tahun Kangin-a, terimalah kejutan dariku,” kata Leetuk diujung telepon, belum sempat Kangin menyahut, Leeteuk sudah mematikan teleponnya dan tertawa puas didalam mobilnya.

            “Wae?” tanya Hanna tak mengerti saat melihat Kangin menutup telepon dan memandangnya penuh arti. “Leeteuk Hyung tidak mengatakan kau akan bertemu denganku?” tanya Kangin, Hanna menggeleng.

            “Apa hari ini adalah hari spesialmu?” tanya Hanna saat Kangin dan dirinya duduk berdampingan, Kangin berdehem. “Leeteuk hyung juga tidak memberitahumu?” tanya Kangin, Hanna kembali menggeleng.

            “Dasar lelaki tak bertanggungjawab,” umpat Kangin pelan. “Hei! Apa kau benar-benar tidak mengingat sesuatu tentang hari ini?” tanya Kangin yang terkejut mengingat sesuatu, Hanna mengerlingkan matanya mencoba mengingat sesuatu kemudian ia melihat ponselnya dan mencari-cari sesuatu disana.

            Kangin mencoba melihat apa yang dicari Hanna di ponselnya namun Hanna tak memberikan celah bagi Kangin. “Aku tahu Oppa,” kata Hanna girang “Mwo?” tanya Kangin.

            “Saengil cukkhaehamnida Oppa,” kata Hanna lalu memeluk Kangin. Kangin yang terkejut mendapat pelukan Hanna tak mampu membalas pelukan Hanna, apalagi ia tahu kalau Hanna tengah menjalin hubungan dengan seorang pria.

            Hanna yang merasa tak mendapat pelukan balasan melepaskan pelukannya pada Kangin, “Mian,” kata Hanna dengan wajah penyesalan. “Gwechana,” jawab Kangin sambil tersenyum dan memamerkan eye smilenya yang membuat Hanna mencintainya. Keduanya kini saling terdiam dan canggung.

            “Oppa.” Hanna menyentuh pundak Kangin, pria itu menoleh.

            “Ne,” sahutnya.

            Hanna menggigit bibirnya, seakan ragu untuk mengutarakan maksudnya. “A-Apa… Kau sudah punya kekasih?” tanya Hanna kemudian ia menunduk.

            “Belum, kau sendiri?” tanya Kangin.

            Hanna menatap Kangin terkejut kemudian menggeleng, Kangin tersenyum sinis. “Lalu, pria yang bersamamu di café waktu itu?” tanya Kangin. Hanna terkejut, dia baru saja ingin menjelaskannya namun Kangin sudah bersuara. “Sudahlah, aku tahu kau telah melupakanku karena menurutmu aku tak mencintaimu kan?”

            Hanna menggeleng. “Aniyo Oppa, aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan pria itu,” kata Hanna membela dirinya.

            “Aku melihat jelas kalau dia menyukaimu,” kata Kangin ngotot. “Kau hanya melihat dia yang menyukaiku kan? Bukan aku yang menyukainya?” tanya Hanna tak kalah ngotot.

            Kangin terdiam, dia memang tidak melihat Hanna terlalu merespon pria itu, “Tetap saja, kau pergi kencan dengannya,” kata Kangin masih tidak ingin mengalah. Hanna menghela nafas dalam tak tahu lagi apa yang harus ia bicarakan, ia masih menatap Kangin yang sedang menunduk, “Kau cemburu Oppa?” tanya Hanna tiba-tiba sambil menyentuh pundak Kangin agar ia menatapnya.

            Kangin menoleh cepat kearah Hanna. “Maksudmu?” tanyanya pura-pura tak mengerti.

            “Kau cemburu melihatku dengan pria itu?” tanya Hanna lebih detail. Kangin diam, ia hanya menatap Hanna tanpa memberikan jawaban sedangkan Hanna memandangnya meminta jawaban.

            “A-Aniyo, siapa yang bilang aku cemburu,” elak Kangin kemudian.

            “Ucapanmu, sikapmu dan matamu,” jawab Hanna. Kangin terdiam lagi, dia mulai bingung harus mengelak bagaimana lagi. Ia menelan ludahnya sendiri. “Aku tidak cemburu,” jawab Kangin masih mengelak. Hanna tiba-tiba tersenyum.

            “Baiklah kalau kau memang tidak cemburu atau tidak mencintaiku, mungkin aku akan menerima lamaran darinya,” kata Hanna membuat Kangin membelalakkan matanya dan terdiam. Hanna masih berada ditempatnya, memandang Kangin dengan penuh harapan agar dia mencegah Hanna dan mengatakan perasaannya pada Hanna.

            Namun, harapan Hanna sia-sia, Kangin tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu. Dia menghela nafasnya kemudian beranjak dari tempatnya. Kangin masih bergeming dan tidak menatap Hanna.

            Perlahan, Hanna mundur dan meninggalkan Kangin yang masih diam di tempatnya. Airmatanya menggenang di pelupuk matanya, ia tidak menyangka pria yang ia cintai akan setega ini menghempaskannya. Dia berjalan perlahan, masih sedikit berharap Kangin mengejarnya namun harapan itu kembali menjadi sia-sia.

**

Prolog.

Aku memandang langit cerah, menghembuskan nafasku perlahan seperti biasanya. Mungkin memang takdirku berjalan seperti ini atau mungkin aku yang menyalahkan takdirku sendiri. Biarkan saja, yang terpenting sekarang aku merasa bahagia.

Aku menurunkan pandanganku, melihat dua orang anak kecil tengah bermain kejar-kejaran di kejauhan sana.
Appa! Kemari!” teriak salah satunya sambil melambaikan tangan ke arahku. Mereka kembar dan sampai umur mereka 7 tahun aku masih belum bisa membedakan mereka berdua. Aku tersenyum. “Tunggu Eomma-mu dulu ya!” balasku dengan teriakan juga.

Kulihat mereka mengangguk lalu kembali bermain seperti tadi. Aku masih menatap mereka, tersenyum melihat kegembiraan yang terpancar dari wajah malaikat-malaikatku.

Tiba-tiba sepasang tangan menyusup dipinggangku, kepalanya tersandar di punggungku. Hangat, hangat yang kurasakan seperti biasanya. Aku membalikkan badanku, melihat wajah malaikatku yang paling kucintai.
“Anak-anak sudah menunggumu,” kataku. Dia hanya tersenyum. Senyum yang selama 8 tahun menghiasi hariku, senyum yang akhirnya bisa kudapat karena menghilangkan gengsiku.

Andai saat itu aku tidak mengejarnya dan menyatakan cintaku padanya mungkin aku tidak akan mendapatkannya sekarang. “Kajja kita hampiri mereka,” ajaknya sambil menarik lenganku. Aku menahannya, dia menoleh.

“Berikan aku satu kecupan hangat,” pintaku sambil mengerling nakal padanya. Dia tersenyum lalu memukul pelan lenganku yang dipegangnya. “Tidak mau,” jawabnya. Aku melotot. “Berikan secara sukarela atau aku akan memaksanya,” ancamku. Dia tetap menggeleng.

“Song Hanna. Istriku dan ibu dari kedua anakku, kau sudah mengenalku bertahun-tahun ‘kan? Kenapa masih berani menolak permintaanku?” kataku pura-pura garang. Dia terkikik.

“Kim Youngwoon. Suamiku dan ayah dari kedua anakku, kau sudah mengenalku bertahun-tahun’kan? Kenapa kau masih terus saja memaksakan kehendakmu?” katanya dengan mengulang semua perkataanku tadi.

Aku menarik tangannya, meminimalisir jarak antara kami berdua. “Kau berani ya..”

Aku mendekatkan wajahku padanya, walau sudah bertahun-tahun kulakukan tetap saja jantung ini berdegup kencang saat akan melakukannya.

Kurasakan bibirku menempel lembut di bibirnya. Kecupan hangat dari seorang wanita yang menerimaku siapapun diriku. Aku mencintainya dan berjanji tidak akan meninggalkannya sampai kapanpun.

The End

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting