Jumat, 06 April 2012

A Day (SongFict)

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 10:14 PM


You always ask, how much I love you
Sometimes, you get worried about the far ahead future

Don't worry, don't torture yourself
You are my perfect love

“Kau mencintaiku Cho Kyuhyun-a?” tanya Soo Ki saat aku menggenggam tangannya. Aku memandangi matanya yang selalu teduh dengan cinta yang ia berikan untukku. “Kenapa kau selalu bertanya seperti itu?” tanyaku sambil terus menatap matanya yang indah. Kulihat kepala Soo Ki menggeleng, menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak tahu mengapa bibirnya selalu menanyakan pertanyaan yang sama.


“Aku hanya mengkhawatirkan masa depan kita,” jawabnya kemudian dengan nada suara lemah. Aku memegang pipinya lembut. Mengkhawatirkan masa depan? Aku tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Aku masih terdiam, menunggunya berkata-kata lagi.

“Aku hanya takut saat aku tua nanti, aku tidak terlihat cantik dimatamu,” ucapnya lagi dengan nada yang sama. Aku menurunkan tanganku dan menggenggam tangannya lagi, menyelipkan jemariku ke jemarinya dan menggenggamnya erat tanpa mau aku lepas.

“Seberapa tua umur kita nanti, tidak menjadi batasan rasa cintaku padamu. Bahkan aku yakin, semakin tua umur kita maka semakin kuat perasaan cintaku padamu,” ucapku yakin dan penuh kejujuran. Hanya gadis dihadapanku ini yang menjamahi pikiranku, bahkan saat kami terpisah jarakpun hanya ada namanya di kepalaku. Jadi, apa yang kukatakan padanya barusan benarlah kesungguhan hatiku.

Matanya terbelalak, raut wajahnya seketika berubah menjadi cerah mendengar jawabanku. “Jeongmal?” tanya Soo Ki. Suaranya berubah sedikit ceria. Aku tersenyum menatapnya.

Even if you're just breathing
Even if you don't have makeup on
You are beautiful, eye-blinding

“Apa menurutmu aku ini cantik?” tanyanya kemudian sesaat setelah kegalauan hatinya menghilang. Aku mengangguk. “Selama kau masih bernafas dan menjadi milikku kau tetap menjadi yang paling canti ketiga setelah ibu dan kakakku, bahkan tanpa riasan seperti ini, kau tetap menjadi yang paling cantik,” jawabku sambil memegang kulit wajahnya yang bersih tanpa sapuan bedak.

“Bohong,” ucapnya sambil memukul pelan lenganku. Aku tertawa kecil. Gadisku ini benar-benar tidak bisa di puji. “Kau ini sebenarnya ingin dipuji atau tidak?” tanyaku pura-pura kesal padanya. Bibirnya mengerucut, membuatku ingin mencium dan melumat habis bibir itu.

“Aku ingin dipuji bukan ingin di rayu,” jawabnya dengan nada sedikit kesal. “Jadi menurutmu aku merayumu? Baiklah, mulai besok jangan meminta pendapatku,” ucapku masih pura-pura kesal dan memalingkan wajahku. Kudengar helaan nafasnya.
Oppa, jangan marah,” ucapnya sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke pundakku. Aku menoleh, bukan karena tusukan jari telunjuknya tapi karena panggilannya barusan. “Kau memanggilku apa?” tanyaku sedikit kegirangan. Dia tersenyum lalu mengerling nakal dengan matanya. “Oppa.”

I think of you just once a day
It can't be more, because I'm saving you up

The sunshine of a hard day
If only you are here, it's OK
That's all I need

“Ucapkan panggilan itu mulai sekarang dan seterusnya,” perintahku padanya. Mata indahnya memelototiku, seperti biasa, dia pasti akan membantahnya. “Tidak mau!”

Benarkan dugaanku. Kesedihannya tadi ternyata tidak berlangsung lama, sifatnya yang setia membantah perkataanku memang tidak bisa dihilangkan sama sekali. Aku mendesah, percuma saja melawan, aku pasti akan kalah lagi.

Aku memperhatikan tangan kami yang bertautan. Kehangatan ini selalu muncul saat kami berpegangan tangan. Aku benar-benar bahagia mendapatkannya, walau terkadang ia lebih menyebalkan dari sifatku namun namanya selalu saja menyita pikiranku setiap waktu.

Aku mengangkat wajahku dan menatap wajahnya yang teduh disinari matahari pagi yang cerah. “Tetaplah bersamaku,” bisikku padanya yang dijawab anggukan kepalanya. “Karena hanya kau obat yang aku butuhkan saat menghadapi hari-hari yang sulit,” bisikku lagi. Kali ini ia tidak mengangguk, ia hanya tersenyum tersipu. Membuat pipinya merona merah.

When I see you, I feel comfortable
Even though you don't like it when I say that

I'm happy but still you are nervous
Don't doubt- don't torture yourself
Actually, this is a pure love

“Jangan pandangi aku seperti itu,” ucapnya saat memergokiku tengah memandanginya. “Wae?” tanyaku tidak suka aktifitasku terganggu oleh ucapannya.

“Aku tidak suka,” jawabnya. Baru saja aku ingin menimpali ucapannya, mulutnya sudah terbuka lagi ingin berucap. “Aku masih takut,” katanya. Aku mengerutkan keningku bingung, “Tentang?” tanyaku setengah penasaran.

“Masa depan kita.” Aku menghela nafas, lagi-lagi dia membicarakan hal itu.

Aku mengelus rambut panjangnya yang lembut perlahan. Sorot matanya benar-benar menunjukkan ketakutan seperti yang ia bicarakan saat ini. “Aku hanya takut kehilanganmu,” ujarnya pelan. Aku masih mengelus rambutnya, tidak perlu ia ucapkan sebenarnya aku sudah mengetahuinya.

“Kau meragukanku? Meragukan cintaku?” tanyaku memancing dia mengungkapkan perasaannya. Kepalanya menunduk kemudian menggeleng pelan. Tanganku turun ke wajahnya, memegang dagunya lalu mengangkat wajahnya agar mata bulatnya yang indah itu bisa kulihat.

“Kalau begitu jangan meragu, sekecil apapun itu, jangan meragukanku,” ucapku. Dia tidak menjawab, tersenyum juga tidak. Aku melanjutkan kalimatku lagi, “Percayalah semuanya akan baik-baik saja, entah sekarang atau nanti, semua akan baik-baik saja.”

When you give off that lovely smile with your eyes
You are beautiful, eye-blinding

Senyumnya mulai mengembang, sorot matanya berubah menjadi kepercayaan. Aku tahu dia selalu yakin dan percaya pada setiap ucapanku. “Teruslah tersenyum seperti itu Soo Ki-a, karena senyummu itulah yang membuatku yakin kalau selalu menginginkanku,” ucapku.

“Kau berjanji atas semua ucapanmu tadi?” tanyanya.

Aku mengangguk lalu kutarik dia dalam pelukanku. “Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu, tidak peduli siapapun itu akan kurebut lagi kau darinya.”

End.

0 komentar on "A Day (SongFict)"

Posting Komentar

Jumat, 06 April 2012

A Day (SongFict)

Karya : Altha Swita Abrianto di 10:14 PM


You always ask, how much I love you
Sometimes, you get worried about the far ahead future

Don't worry, don't torture yourself
You are my perfect love

“Kau mencintaiku Cho Kyuhyun-a?” tanya Soo Ki saat aku menggenggam tangannya. Aku memandangi matanya yang selalu teduh dengan cinta yang ia berikan untukku. “Kenapa kau selalu bertanya seperti itu?” tanyaku sambil terus menatap matanya yang indah. Kulihat kepala Soo Ki menggeleng, menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak tahu mengapa bibirnya selalu menanyakan pertanyaan yang sama.


“Aku hanya mengkhawatirkan masa depan kita,” jawabnya kemudian dengan nada suara lemah. Aku memegang pipinya lembut. Mengkhawatirkan masa depan? Aku tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Aku masih terdiam, menunggunya berkata-kata lagi.

“Aku hanya takut saat aku tua nanti, aku tidak terlihat cantik dimatamu,” ucapnya lagi dengan nada yang sama. Aku menurunkan tanganku dan menggenggam tangannya lagi, menyelipkan jemariku ke jemarinya dan menggenggamnya erat tanpa mau aku lepas.

“Seberapa tua umur kita nanti, tidak menjadi batasan rasa cintaku padamu. Bahkan aku yakin, semakin tua umur kita maka semakin kuat perasaan cintaku padamu,” ucapku yakin dan penuh kejujuran. Hanya gadis dihadapanku ini yang menjamahi pikiranku, bahkan saat kami terpisah jarakpun hanya ada namanya di kepalaku. Jadi, apa yang kukatakan padanya barusan benarlah kesungguhan hatiku.

Matanya terbelalak, raut wajahnya seketika berubah menjadi cerah mendengar jawabanku. “Jeongmal?” tanya Soo Ki. Suaranya berubah sedikit ceria. Aku tersenyum menatapnya.

Even if you're just breathing
Even if you don't have makeup on
You are beautiful, eye-blinding

“Apa menurutmu aku ini cantik?” tanyanya kemudian sesaat setelah kegalauan hatinya menghilang. Aku mengangguk. “Selama kau masih bernafas dan menjadi milikku kau tetap menjadi yang paling canti ketiga setelah ibu dan kakakku, bahkan tanpa riasan seperti ini, kau tetap menjadi yang paling cantik,” jawabku sambil memegang kulit wajahnya yang bersih tanpa sapuan bedak.

“Bohong,” ucapnya sambil memukul pelan lenganku. Aku tertawa kecil. Gadisku ini benar-benar tidak bisa di puji. “Kau ini sebenarnya ingin dipuji atau tidak?” tanyaku pura-pura kesal padanya. Bibirnya mengerucut, membuatku ingin mencium dan melumat habis bibir itu.

“Aku ingin dipuji bukan ingin di rayu,” jawabnya dengan nada sedikit kesal. “Jadi menurutmu aku merayumu? Baiklah, mulai besok jangan meminta pendapatku,” ucapku masih pura-pura kesal dan memalingkan wajahku. Kudengar helaan nafasnya.
Oppa, jangan marah,” ucapnya sambil menusuk-nusukkan jari telunjuknya ke pundakku. Aku menoleh, bukan karena tusukan jari telunjuknya tapi karena panggilannya barusan. “Kau memanggilku apa?” tanyaku sedikit kegirangan. Dia tersenyum lalu mengerling nakal dengan matanya. “Oppa.”

I think of you just once a day
It can't be more, because I'm saving you up

The sunshine of a hard day
If only you are here, it's OK
That's all I need

“Ucapkan panggilan itu mulai sekarang dan seterusnya,” perintahku padanya. Mata indahnya memelototiku, seperti biasa, dia pasti akan membantahnya. “Tidak mau!”

Benarkan dugaanku. Kesedihannya tadi ternyata tidak berlangsung lama, sifatnya yang setia membantah perkataanku memang tidak bisa dihilangkan sama sekali. Aku mendesah, percuma saja melawan, aku pasti akan kalah lagi.

Aku memperhatikan tangan kami yang bertautan. Kehangatan ini selalu muncul saat kami berpegangan tangan. Aku benar-benar bahagia mendapatkannya, walau terkadang ia lebih menyebalkan dari sifatku namun namanya selalu saja menyita pikiranku setiap waktu.

Aku mengangkat wajahku dan menatap wajahnya yang teduh disinari matahari pagi yang cerah. “Tetaplah bersamaku,” bisikku padanya yang dijawab anggukan kepalanya. “Karena hanya kau obat yang aku butuhkan saat menghadapi hari-hari yang sulit,” bisikku lagi. Kali ini ia tidak mengangguk, ia hanya tersenyum tersipu. Membuat pipinya merona merah.

When I see you, I feel comfortable
Even though you don't like it when I say that

I'm happy but still you are nervous
Don't doubt- don't torture yourself
Actually, this is a pure love

“Jangan pandangi aku seperti itu,” ucapnya saat memergokiku tengah memandanginya. “Wae?” tanyaku tidak suka aktifitasku terganggu oleh ucapannya.

“Aku tidak suka,” jawabnya. Baru saja aku ingin menimpali ucapannya, mulutnya sudah terbuka lagi ingin berucap. “Aku masih takut,” katanya. Aku mengerutkan keningku bingung, “Tentang?” tanyaku setengah penasaran.

“Masa depan kita.” Aku menghela nafas, lagi-lagi dia membicarakan hal itu.

Aku mengelus rambut panjangnya yang lembut perlahan. Sorot matanya benar-benar menunjukkan ketakutan seperti yang ia bicarakan saat ini. “Aku hanya takut kehilanganmu,” ujarnya pelan. Aku masih mengelus rambutnya, tidak perlu ia ucapkan sebenarnya aku sudah mengetahuinya.

“Kau meragukanku? Meragukan cintaku?” tanyaku memancing dia mengungkapkan perasaannya. Kepalanya menunduk kemudian menggeleng pelan. Tanganku turun ke wajahnya, memegang dagunya lalu mengangkat wajahnya agar mata bulatnya yang indah itu bisa kulihat.

“Kalau begitu jangan meragu, sekecil apapun itu, jangan meragukanku,” ucapku. Dia tidak menjawab, tersenyum juga tidak. Aku melanjutkan kalimatku lagi, “Percayalah semuanya akan baik-baik saja, entah sekarang atau nanti, semua akan baik-baik saja.”

When you give off that lovely smile with your eyes
You are beautiful, eye-blinding

Senyumnya mulai mengembang, sorot matanya berubah menjadi kepercayaan. Aku tahu dia selalu yakin dan percaya pada setiap ucapanku. “Teruslah tersenyum seperti itu Soo Ki-a, karena senyummu itulah yang membuatku yakin kalau selalu menginginkanku,” ucapku.

“Kau berjanji atas semua ucapanmu tadi?” tanyanya.

Aku mengangguk lalu kutarik dia dalam pelukanku. “Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu, tidak peduli siapapun itu akan kurebut lagi kau darinya.”

End.

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting