Selasa, 09 Agustus 2011

Neomu Yeoppo Part 1

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 10:24 PM
“LEE GIKWANG!!!! Kembali kau kesini!! Sekarang!!” Teriakku pada Lee Gikwang yang sedang berlari menjauhiku. Ini hari pertama kami masuk tahun ajaran baru, Lee Gikwang adalah sahabatku sejak kecil, Lee Gikwang yang orang Korea asli berteman denganku yang seorang blasteran Korea-Indonesia. kami terlalu sering bersama sehingga semua orang mengira kami memiliki hubungan khusus. Aku sama sekali tidak mau dengannya, terlalu sering bersamanya malah membuatku tidak ingin berpacaran dengannya.

Aku masih berlari mengejarnya yang sudah berada di depan gerbang sekolah kami, dia tertawa melihatku mengejarnya dengan susah payah “Hey! Kau kan tau aku benci cacing, kenapa kau melemparkannya padaku?” sungutku saat aku sampai didepannya dengan terengah-engah, dia masih tertawa geli “mianhe cha, mianhe hahaha coba kau bayangkan bagaimana wajahmu tadi” kata Gikwang sambil terus tertawa.

Aku yang masih kesal berjalan masuk ke dalam sekolah duluan meninggalkan Gikwang disana, biar saja dia dianggap orang gila aku tidak peduli.

**

“Annyeonghaseyo, Cho Kyuhyun imnida” katanya, aku dan Gikwang saling bertatap muka “anak baru itu gayanya sok sekali” kata Gikwang “kenapa? Kau takut tersaingi?” tanyaku, Gikwang mendelik “untuk apa, aku ini sudah jadi yang nomor 1” jawabnya percaya diri, aku Cuma bisa menatapnya ilfeel.

“Baiklah, silahkan duduk dibangku yang kosong sebelah sana” kata Guru Sang menunjuk bangku paling belakang “aniyo guru, aku mau duduk di tempat itu” katanya sambil menunjuk tempat dudukku, aku dan Gikwang terkejut “baiklah Soo Ki, kamu silahkan pindah” katanya, aku berdiri dan membereskan barang-barangku “aniyo, bukan perempuan yang pindah, justru aku ingin duduk dengannya”.



Aku menghentikan aktifitasku dan memandang Gikwang yang telah memandangiku “baiklah, Gikwang kau pindah ya” kata Guru Sang, Gikwang sepertinya ingin menolak tapi Kyuhyun telah berdiri disamping mejanya. Akhirnya dia membereskan peralatannya dan pindah meja dengan wajah tidak senang. Kyuhyun duduk disampingku dan mulai berkonsentrasi dengan pelajaran.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Gikwang yang memandang sinis Kyuhyun, aku tidak tau masalah apa yang terjadi sebelumnya kalau aku duduk dengan oranglain dia tidak pernah semarah ini. Kemudian dia memandangku lalu bibirnya bergerak “perhatikanlah papan tulis” aku langsung memalingkan wajahku.

**

“Bagaimana rasanya duduk dengan anak baru itu?” Tanya Gikwang saat kami berada di kantin, aku mengangkat bahu, aku tidak merasakan apa-apa saat duduk dengannya. “Kau senang duduk dengannya? Lebih senang duduk denganku atau dengannya?” Tanya Gikwang lagi “kau ini kenapa? Kau cemburu?” tanyaku memojokkannya, pertanyaan yang dia lontarkan tidak masuk akal.

“Buat apa aku cemburu, kau kan bukan kekasihku” jawabnya, “kalau begitu kau tidak perlu menanyakan hal yang bodoh sepeti itu, dengan siapa aku duduk itu tidak akan berarti apa-apa untukku” kataku, dia hanya menatapku lalu memakan kembali makanannya. Saat sedang asik makan siang, tiba-tiba saja ada yang duduk disamping tanpa permisi. Aku menoleh. Kyuhyun. Gikwang menatapnya tajam “aku ke kelas dulu Cha” katanya seraya berlalu didepan kami.

Aku masih menatap Kyuhyun yang makan dengan santainya, dia ini aneh. Aku melanjutkan makanku sampai dia berkata “Kyuhyun imnida”.

“Aku sudah tau, Soo Ki imnida” kataku “aku juga sudah tau” katanya santai “lalu kenapa kau mengenalkan dirimu lagi padaku?” tanyaku, dia menoleh “iseng saja” jawabnya. Ah ternyata dia tidak kalah menyebalkan dari Gikwang, kalau disatukan mereka pantas di jadikan duo lawak di Korea ini. “Keturunan Indonesia kan?” tanyanya mendadak, aku mengangguk “memang begitu jelas ya?” tanyaku.

Kyuhyun mengangkat bahu, meminum minumannya lalu pergi meninggalkanku sendiri. Aku kesal dengan orang sepertinya, dia pikir dia hebat apa, cih!.

**

“Aku benci Kyuhyun” kataku saat berjalan pulang dengan Gikwang, dia mendelik, menatapku tidak percaya “bukannya kau menyukainya seperti semua perempuan di sekolah yang banyak memuji ketampanannya?” Tanya lelaki yang berjalan disampingku dengan gagahnya. Aku terdiam, memikirkan apa si Gikwang ini jelas-jelas aku bilang aku membenci makhluk itu.

“Aku tau kenapa kau bersikap sinis seperti ini padanya” kataku memancingnya “memangnya kenapa?” tanyanya. “Kau iri kan karena dia lebih terkenal daripada dirimu” tebakku sambil menggamit tangannya, dia menjitak kepalaku “memang kau pikir aku memikirkan ketenaran? Tega sekali kau ini” jawabnya. Aku tertawa lalu kemudian Gikwang pun ikut tertawa.

**

Seminggu berlalu, aku betah sebenarnya duduk dengan Kyuhyun, dia banyak membantuku mengerjakan tugas matematikaku. Aku baru sadar ternyata dia jenius, aku menyesal mengatakan kalau aku membencinya. Kami sering belajar bersama, tidak peduli saat istirahat atau pulang sekolah.

Namun hari ini aku memutuskan untuk tidak belajar bersama, aku ingin beristirahat. “Kau tidak belajar bersama evil itu?” Tanya Gikwang di tengah jalan, “aniyo, wae?” tanyaku. Gikwang diam saja, dia berjalan sambil menunduk. Dia terlihat sedih “hey! Kau kenapa? Tidak biasanya lemas seperti ini” tanyaku, dia memandangku sambil tersenyum “kalau kau menyukainya, bilanglah padaku” katanya kemudian dia pergi.

Aku mengejarnya dan menanyakan maksudnya namun hingga kami sampai dirumah masing-masing aku tidak mendapatkan jawabannya. Bahkan aku sampai meneleponnya, dia tidak mau mengatakannya. Aku kesal lalu kuputuskan untuk mendiamkannya selama beberapa hari.

Aku berusaha berkonsentrasi dengan buku matematikaku namun aku tidak bisa melakukannya, akhirnya kuputuskan untuk menelepon Kyuhyun.

“Nubuseyo” sapanya di seberang sana “ahh Kyuhyun, ini aku Soo Ki” kataku.

“Ya aku sudah tau, wae?” tanyanya, aku bingung darimana dia tau padahal kan aku baru pertama kali meneleponnya. Lalu aku menjelaskan masalahku dengan angka-angka, dia menerangkan dengan sangat seksama hingga aku mengerti. Namun setelah aku mengerjakan semua soal itu aku dan dia tidak segera mengakhiri telepon kami, kami malah menghabiskan malam itu dengan mengobrol hingga larut malam.

Aku terlambat, gara-gara perbincangan semalam aku telat bangun dan alhasil pagi ini aku harus berlari menuju sekolah. Tiba-tiba ada suara klakson motor dari belakangku, aku menoleh dan tebak siapa yang aku lihat. Cho Kyuhyun. “Naiklah, kita pergi bersama” ajaknya, aku tanpa menolak langsung naik motornya. “Kau telat bangun juga?” tanyaku saat sudah berada di motornya, dia mengangguk.

Tak sampai 10 menit kami sampai di sekolah tepat sebelum 10 menit bel berbunyi. Kami menuju kelas bersama, aku sangat berterima kasih padanya kalau tidak hari ini aku pasti sudah dihukum oleh Guru Sang yang sedang jaga piket. Kami masuk kelas dan langsung duduk di bangku kami. Gikwang yang tau aku baru datang menghampiriku “kenapa ku telat?” tanyanya “kesiangan” jawabku singkat mengingat masalah kemarin.

“Kesiangan bersama dia?” Tanya Gikwang sambil menunjuk Kyuhyun, aku mengangguk “kalau kesiangan bersamaku kenapa?” Tanya Kyuhyun sambil menatap Gikwang. Kedua pria tersebut saling berpandangan, aku benci situasi seperti ini, aku memutuskan untuk keluar kelas. Gikwang menyusulku “kembali ke kelas, bel sudah berbunyi” katanya, aku menghempaskan tangannya “tidak perlu, kau masuk saja duluan, aku tidak ikut pelajaran pertama”.

**

“Aku tau kau disini”.
Aku mengenal suara itu. Kyuhyun. Dia selalu datang saat yang tepat. Dia duduk disampingku tanpa mengatakan apapun lagi. Sekarang kami berada di taman belakang sekolah yang sepi “Kau ini siapa?” tanyaku, dia menoleh “Kyuhyun” jawabnya polos.

“Aku tau tapi aku tidak menanyakan namamu, aku menanyakan siapa kau sampai kau tau semua tentangku?” jelasku, Kyuhyun memandang langit “aku juga tidak tau mengapa aku tau tentangmu, aku Cuma menebak saja” jawabnya. Aku mendelik, manusia ini aneh sekali. “Sehabis istirahat kita kembali ke kelas ya” katanya, aku Cuma mengangguk pasrah.

**

“Kau menyukai Kyuhyun ya?” Tanya Gikwang diujung telpon “kau ini, selalu menanyakan hal itu padaku, aku belum menyukainya” kataku yakin “belum? Berarti nanti pasti kau menyukainya kan?” Tanya Gikwang lebih sengit “aku kan tidak tau bagaimana perasaanku nanti”.

“Kalau begitu kau jangan dekat dengannya lagi, mulai besok aku akan menyuruhnya untuk tidak duduk bersamamu” kata Gikwang emosi “wae? Kau pikir kau siapa menyuruh dan menlarangku?” tanyaku lebih emosi “Hey! Kau bilang kau tidak mempermasalahkan dengan siapa kau duduk, kalau begitu kenapa kau keberatan kalau aku menyuruh Kyuhyun tukar tempat denganku?”.

Aku tidak menjawab, aku menutup telponnya dan memutuskan untuk tidur. Gikwang akhir-akhir ini menyebalkan sekali.

Teleponku berdering lagi, tanpa menatap layarnya aku langsung mengangkatnya “jangan telepon aku dulu! Aku sedang marah padamu!” teriakku, “kau marah padaku?” tanyanya. Suaranya berbeda, aku melihat layarnya ‘Kyuhyun’. Aku langsung salah tingkah.

“Mianhe Kyu, aku pikir Gikwang”.

“Gwechanayo, kalau boleh tau kenapa kau marah padanya?” Tanya Kyuhyun “aniyo, tidak apa-apa, kenapa kau menelponku? Ada masalah apa?”. Aku coba mengalihkan pembicaraan “Aniyo, aku Cuma merindukanmu”.

DEG!

Jantungku mendadak berdetak lebih cepat, entah kenapa aku merasa senang saat dia mengatakan dia merindukanku. Aku terdiam sesaat “Hey, apa kau masih disana? Jawablah telponku” katanya “iya, aku masih disini, tadi kau mengatakan apa?” tanyaku.

“Aku merindukanmu” Jawabnya “ohya? Bagaimana bisa?”.

“Tentu saja bisa, aku kan seorang laki-laki dank au ini seorang perempuan lagipula hampir setiap hari kan kita bersama, wajar saja kalau aku punya perasaan khusus untukmu” jelasnya. Aku mengangguk “Jinjja?” tanyaku tak yakin, terdengar dia menghela nafas. Jujur aku tidak tau harus mengatakan apa sekarang ini, antara senang atau tidak. Sebenarnya aku juga kadang merasa merindukannya, apa iya aku merasakan hal yang ia rasakan “kau tau, setiap kali bersamamu entah kenapa aku malu menatap wajahmu” lanjutnya, aku masih terdiam.

“Tidakkah kau merasakan hal yang sama?” tanyanya, aku tersentak. Oh tidak! aku harus mengatakan apa, apa aku harus mengatakan apa yang kurasakan “hmm, bagaimana ya?” aku masih menggantung kalimatku.

“Kalau kau tidak merasakan hal yang sama, aku akan membuatmu seperti aku” katanya yakin “jinjja? Bagaimana bisa?” tanyaku tidak percaya. Dia diam, aku tidak tau diujung sana dia sedang melakukan apa, aku yakin sekarang dia tersenyum seperti evil yang menakutkan. “Wae? Kau takut aku melakukan hal yang macam-macam padamu? Hahaha aniyo, aku bukan laki-laki bejat seperti yang kau pikirkan”. Aku mendelik, apa yang dia bicarakan? Siapa juga yang memikirkan hal bodoh seperti itu.

Setelah berbicara cukup panjang dengannya, aku memutuskan untuk tidur namun sampai detik ini aku tidak bisa menutup mataku. Aku memandang jam dinding, pukul 2 pagi. Aku mendesah, apa yang aku pikirkan? Kenapa nama Kyuhyun menjelajah pikiranku. Oetthoege, bagaimana mungkin aku menjelaskan ini, tidak mungkin kan aku mencintainya?.

-To Be Continue-

0 komentar on "Neomu Yeoppo Part 1"

Posting Komentar

Selasa, 09 Agustus 2011

Neomu Yeoppo Part 1

Karya : Altha Swita Abrianto di 10:24 PM
“LEE GIKWANG!!!! Kembali kau kesini!! Sekarang!!” Teriakku pada Lee Gikwang yang sedang berlari menjauhiku. Ini hari pertama kami masuk tahun ajaran baru, Lee Gikwang adalah sahabatku sejak kecil, Lee Gikwang yang orang Korea asli berteman denganku yang seorang blasteran Korea-Indonesia. kami terlalu sering bersama sehingga semua orang mengira kami memiliki hubungan khusus. Aku sama sekali tidak mau dengannya, terlalu sering bersamanya malah membuatku tidak ingin berpacaran dengannya.

Aku masih berlari mengejarnya yang sudah berada di depan gerbang sekolah kami, dia tertawa melihatku mengejarnya dengan susah payah “Hey! Kau kan tau aku benci cacing, kenapa kau melemparkannya padaku?” sungutku saat aku sampai didepannya dengan terengah-engah, dia masih tertawa geli “mianhe cha, mianhe hahaha coba kau bayangkan bagaimana wajahmu tadi” kata Gikwang sambil terus tertawa.

Aku yang masih kesal berjalan masuk ke dalam sekolah duluan meninggalkan Gikwang disana, biar saja dia dianggap orang gila aku tidak peduli.

**

“Annyeonghaseyo, Cho Kyuhyun imnida” katanya, aku dan Gikwang saling bertatap muka “anak baru itu gayanya sok sekali” kata Gikwang “kenapa? Kau takut tersaingi?” tanyaku, Gikwang mendelik “untuk apa, aku ini sudah jadi yang nomor 1” jawabnya percaya diri, aku Cuma bisa menatapnya ilfeel.

“Baiklah, silahkan duduk dibangku yang kosong sebelah sana” kata Guru Sang menunjuk bangku paling belakang “aniyo guru, aku mau duduk di tempat itu” katanya sambil menunjuk tempat dudukku, aku dan Gikwang terkejut “baiklah Soo Ki, kamu silahkan pindah” katanya, aku berdiri dan membereskan barang-barangku “aniyo, bukan perempuan yang pindah, justru aku ingin duduk dengannya”.



Aku menghentikan aktifitasku dan memandang Gikwang yang telah memandangiku “baiklah, Gikwang kau pindah ya” kata Guru Sang, Gikwang sepertinya ingin menolak tapi Kyuhyun telah berdiri disamping mejanya. Akhirnya dia membereskan peralatannya dan pindah meja dengan wajah tidak senang. Kyuhyun duduk disampingku dan mulai berkonsentrasi dengan pelajaran.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Gikwang yang memandang sinis Kyuhyun, aku tidak tau masalah apa yang terjadi sebelumnya kalau aku duduk dengan oranglain dia tidak pernah semarah ini. Kemudian dia memandangku lalu bibirnya bergerak “perhatikanlah papan tulis” aku langsung memalingkan wajahku.

**

“Bagaimana rasanya duduk dengan anak baru itu?” Tanya Gikwang saat kami berada di kantin, aku mengangkat bahu, aku tidak merasakan apa-apa saat duduk dengannya. “Kau senang duduk dengannya? Lebih senang duduk denganku atau dengannya?” Tanya Gikwang lagi “kau ini kenapa? Kau cemburu?” tanyaku memojokkannya, pertanyaan yang dia lontarkan tidak masuk akal.

“Buat apa aku cemburu, kau kan bukan kekasihku” jawabnya, “kalau begitu kau tidak perlu menanyakan hal yang bodoh sepeti itu, dengan siapa aku duduk itu tidak akan berarti apa-apa untukku” kataku, dia hanya menatapku lalu memakan kembali makanannya. Saat sedang asik makan siang, tiba-tiba saja ada yang duduk disamping tanpa permisi. Aku menoleh. Kyuhyun. Gikwang menatapnya tajam “aku ke kelas dulu Cha” katanya seraya berlalu didepan kami.

Aku masih menatap Kyuhyun yang makan dengan santainya, dia ini aneh. Aku melanjutkan makanku sampai dia berkata “Kyuhyun imnida”.

“Aku sudah tau, Soo Ki imnida” kataku “aku juga sudah tau” katanya santai “lalu kenapa kau mengenalkan dirimu lagi padaku?” tanyaku, dia menoleh “iseng saja” jawabnya. Ah ternyata dia tidak kalah menyebalkan dari Gikwang, kalau disatukan mereka pantas di jadikan duo lawak di Korea ini. “Keturunan Indonesia kan?” tanyanya mendadak, aku mengangguk “memang begitu jelas ya?” tanyaku.

Kyuhyun mengangkat bahu, meminum minumannya lalu pergi meninggalkanku sendiri. Aku kesal dengan orang sepertinya, dia pikir dia hebat apa, cih!.

**

“Aku benci Kyuhyun” kataku saat berjalan pulang dengan Gikwang, dia mendelik, menatapku tidak percaya “bukannya kau menyukainya seperti semua perempuan di sekolah yang banyak memuji ketampanannya?” Tanya lelaki yang berjalan disampingku dengan gagahnya. Aku terdiam, memikirkan apa si Gikwang ini jelas-jelas aku bilang aku membenci makhluk itu.

“Aku tau kenapa kau bersikap sinis seperti ini padanya” kataku memancingnya “memangnya kenapa?” tanyanya. “Kau iri kan karena dia lebih terkenal daripada dirimu” tebakku sambil menggamit tangannya, dia menjitak kepalaku “memang kau pikir aku memikirkan ketenaran? Tega sekali kau ini” jawabnya. Aku tertawa lalu kemudian Gikwang pun ikut tertawa.

**

Seminggu berlalu, aku betah sebenarnya duduk dengan Kyuhyun, dia banyak membantuku mengerjakan tugas matematikaku. Aku baru sadar ternyata dia jenius, aku menyesal mengatakan kalau aku membencinya. Kami sering belajar bersama, tidak peduli saat istirahat atau pulang sekolah.

Namun hari ini aku memutuskan untuk tidak belajar bersama, aku ingin beristirahat. “Kau tidak belajar bersama evil itu?” Tanya Gikwang di tengah jalan, “aniyo, wae?” tanyaku. Gikwang diam saja, dia berjalan sambil menunduk. Dia terlihat sedih “hey! Kau kenapa? Tidak biasanya lemas seperti ini” tanyaku, dia memandangku sambil tersenyum “kalau kau menyukainya, bilanglah padaku” katanya kemudian dia pergi.

Aku mengejarnya dan menanyakan maksudnya namun hingga kami sampai dirumah masing-masing aku tidak mendapatkan jawabannya. Bahkan aku sampai meneleponnya, dia tidak mau mengatakannya. Aku kesal lalu kuputuskan untuk mendiamkannya selama beberapa hari.

Aku berusaha berkonsentrasi dengan buku matematikaku namun aku tidak bisa melakukannya, akhirnya kuputuskan untuk menelepon Kyuhyun.

“Nubuseyo” sapanya di seberang sana “ahh Kyuhyun, ini aku Soo Ki” kataku.

“Ya aku sudah tau, wae?” tanyanya, aku bingung darimana dia tau padahal kan aku baru pertama kali meneleponnya. Lalu aku menjelaskan masalahku dengan angka-angka, dia menerangkan dengan sangat seksama hingga aku mengerti. Namun setelah aku mengerjakan semua soal itu aku dan dia tidak segera mengakhiri telepon kami, kami malah menghabiskan malam itu dengan mengobrol hingga larut malam.

Aku terlambat, gara-gara perbincangan semalam aku telat bangun dan alhasil pagi ini aku harus berlari menuju sekolah. Tiba-tiba ada suara klakson motor dari belakangku, aku menoleh dan tebak siapa yang aku lihat. Cho Kyuhyun. “Naiklah, kita pergi bersama” ajaknya, aku tanpa menolak langsung naik motornya. “Kau telat bangun juga?” tanyaku saat sudah berada di motornya, dia mengangguk.

Tak sampai 10 menit kami sampai di sekolah tepat sebelum 10 menit bel berbunyi. Kami menuju kelas bersama, aku sangat berterima kasih padanya kalau tidak hari ini aku pasti sudah dihukum oleh Guru Sang yang sedang jaga piket. Kami masuk kelas dan langsung duduk di bangku kami. Gikwang yang tau aku baru datang menghampiriku “kenapa ku telat?” tanyanya “kesiangan” jawabku singkat mengingat masalah kemarin.

“Kesiangan bersama dia?” Tanya Gikwang sambil menunjuk Kyuhyun, aku mengangguk “kalau kesiangan bersamaku kenapa?” Tanya Kyuhyun sambil menatap Gikwang. Kedua pria tersebut saling berpandangan, aku benci situasi seperti ini, aku memutuskan untuk keluar kelas. Gikwang menyusulku “kembali ke kelas, bel sudah berbunyi” katanya, aku menghempaskan tangannya “tidak perlu, kau masuk saja duluan, aku tidak ikut pelajaran pertama”.

**

“Aku tau kau disini”.
Aku mengenal suara itu. Kyuhyun. Dia selalu datang saat yang tepat. Dia duduk disampingku tanpa mengatakan apapun lagi. Sekarang kami berada di taman belakang sekolah yang sepi “Kau ini siapa?” tanyaku, dia menoleh “Kyuhyun” jawabnya polos.

“Aku tau tapi aku tidak menanyakan namamu, aku menanyakan siapa kau sampai kau tau semua tentangku?” jelasku, Kyuhyun memandang langit “aku juga tidak tau mengapa aku tau tentangmu, aku Cuma menebak saja” jawabnya. Aku mendelik, manusia ini aneh sekali. “Sehabis istirahat kita kembali ke kelas ya” katanya, aku Cuma mengangguk pasrah.

**

“Kau menyukai Kyuhyun ya?” Tanya Gikwang diujung telpon “kau ini, selalu menanyakan hal itu padaku, aku belum menyukainya” kataku yakin “belum? Berarti nanti pasti kau menyukainya kan?” Tanya Gikwang lebih sengit “aku kan tidak tau bagaimana perasaanku nanti”.

“Kalau begitu kau jangan dekat dengannya lagi, mulai besok aku akan menyuruhnya untuk tidak duduk bersamamu” kata Gikwang emosi “wae? Kau pikir kau siapa menyuruh dan menlarangku?” tanyaku lebih emosi “Hey! Kau bilang kau tidak mempermasalahkan dengan siapa kau duduk, kalau begitu kenapa kau keberatan kalau aku menyuruh Kyuhyun tukar tempat denganku?”.

Aku tidak menjawab, aku menutup telponnya dan memutuskan untuk tidur. Gikwang akhir-akhir ini menyebalkan sekali.

Teleponku berdering lagi, tanpa menatap layarnya aku langsung mengangkatnya “jangan telepon aku dulu! Aku sedang marah padamu!” teriakku, “kau marah padaku?” tanyanya. Suaranya berbeda, aku melihat layarnya ‘Kyuhyun’. Aku langsung salah tingkah.

“Mianhe Kyu, aku pikir Gikwang”.

“Gwechanayo, kalau boleh tau kenapa kau marah padanya?” Tanya Kyuhyun “aniyo, tidak apa-apa, kenapa kau menelponku? Ada masalah apa?”. Aku coba mengalihkan pembicaraan “Aniyo, aku Cuma merindukanmu”.

DEG!

Jantungku mendadak berdetak lebih cepat, entah kenapa aku merasa senang saat dia mengatakan dia merindukanku. Aku terdiam sesaat “Hey, apa kau masih disana? Jawablah telponku” katanya “iya, aku masih disini, tadi kau mengatakan apa?” tanyaku.

“Aku merindukanmu” Jawabnya “ohya? Bagaimana bisa?”.

“Tentu saja bisa, aku kan seorang laki-laki dank au ini seorang perempuan lagipula hampir setiap hari kan kita bersama, wajar saja kalau aku punya perasaan khusus untukmu” jelasnya. Aku mengangguk “Jinjja?” tanyaku tak yakin, terdengar dia menghela nafas. Jujur aku tidak tau harus mengatakan apa sekarang ini, antara senang atau tidak. Sebenarnya aku juga kadang merasa merindukannya, apa iya aku merasakan hal yang ia rasakan “kau tau, setiap kali bersamamu entah kenapa aku malu menatap wajahmu” lanjutnya, aku masih terdiam.

“Tidakkah kau merasakan hal yang sama?” tanyanya, aku tersentak. Oh tidak! aku harus mengatakan apa, apa aku harus mengatakan apa yang kurasakan “hmm, bagaimana ya?” aku masih menggantung kalimatku.

“Kalau kau tidak merasakan hal yang sama, aku akan membuatmu seperti aku” katanya yakin “jinjja? Bagaimana bisa?” tanyaku tidak percaya. Dia diam, aku tidak tau diujung sana dia sedang melakukan apa, aku yakin sekarang dia tersenyum seperti evil yang menakutkan. “Wae? Kau takut aku melakukan hal yang macam-macam padamu? Hahaha aniyo, aku bukan laki-laki bejat seperti yang kau pikirkan”. Aku mendelik, apa yang dia bicarakan? Siapa juga yang memikirkan hal bodoh seperti itu.

Setelah berbicara cukup panjang dengannya, aku memutuskan untuk tidur namun sampai detik ini aku tidak bisa menutup mataku. Aku memandang jam dinding, pukul 2 pagi. Aku mendesah, apa yang aku pikirkan? Kenapa nama Kyuhyun menjelajah pikiranku. Oetthoege, bagaimana mungkin aku menjelaskan ini, tidak mungkin kan aku mencintainya?.

-To Be Continue-

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting