Kamis, 24 Maret 2011

Petarung AIDS-ku :)

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 4:13 PM
Namanya Randi, seorang pengidap penyakit AIDS yang aku kagumi. Seorang laki-laki yang lahir 23 tahun lalu dari seorang Ibu yang cantik dan seorang Ayah yang sangat bertanggung jawab. Dia pahlawanku, bukan cuma pendapatku tapi juga bagi oranglain yang mengenalnya.

Aku mengenalnya 8 bulan yang lalu saat aku sedang ditugaskan oleh guru sosialku berkunjung ke lembaga AIDS untuk mencari tau bagaimana sosialisasi mereka. Randi tipe orang yang lebih suka menyendiri, saat aku tau aku harus mewawancarainya rasa takut dan canggung itu menghampiri. Beberapa kali aku mencoba membuat suasana nyaman bagi diriku sendiri namun gagal.

Suasana itu sedikit mencair saat aku tertawa mendengar jawabannya yang memang nyeleneh, dia melihatku aneh saat aku tertawa namun sesaat kemudian ia ikut tertawa dan kami mulai akrab satu sama lain.
Seminggu lebih aku sering datang kesana, hanya untuk sekedar mengobrol dengannya.

Seminggu aku mengenalnya, aku tak pernah tau mengapa ia mengidap penyakit AIDS. Bukannya tak mau bertanya, aku tak mau mengganggu privacy-nya karena bagiku privacy seseorang itu lebih penting di bandingkan rasa ingin tahuku yang besar. Yang aku tau, dia seorang yang tegar, tabah dan penyayang.

Aku ingat betul hari itu, hari dimana untuk pertama kalinya ia mengajakku menonton sebuah film. Ia menggandeng tanganku, seolah-olah ia tak mau melepasnya.
Ia mengantri, membelikan tiket dan memilih tempat duduk. Aku yang memperhatikannya tersenyum dan baru sadar betapa manisnya wajah itu.
Bekas luka di pelipisnya membuatnya semakin manis, apalagi senyumnya. Tawanya yang kadang lepas membuatku senang karena Randi orang yang jarang tertawa.

Randi masih tetap memegang tanganku, masih tak ingin di lepasnya walaupun kami masuk ke studio film dan duduk di bangku masing-masing. Jujur, jantungku mendadak berdegup cepat saat dia makin erat menggenggam tanganku, aku tak berani menatapnya. Sampai film diputar Randi tidak melepaskan tanganku, disela-sela film yang diputar ia mendekat ke telingaku dan membisikkan sesuatu.
Aku diam. Tak mampu menjawab, mendadak aku tidak konsen dengan film yang diputar.

***

Randi masih tetap memegang tanganku namun kali ini dengan menatap wajahku yang sudah memerah sejak tadi. Film tadi telah usai sejam yang lalu, dia membawaku ke suatu tempat dimana hanya ada aku, dia dan alam. Aku ingin memalingkan wajahku dan menghindar dari tatapan matanya, namun aku tak mampu dan akhirnya aku pasrah dengan tatapannya itu.

"Jadi? Kepastiannya?" Tanyanya padaku. DEG!. Jantung ini makin berdetak cepat, ia menanyakan jawaban atas pertanyaan tadi di bioskop.
Aku garuk-garuk kepala "Hmm, emang harus dijawab sekarang ya?" Tanyaku polos sambil nyengir, Randi menggeleng. Aku mengangguk, menandakan aku menjawab iya atas pertanyaannya tadi. Randi tersenyum, dia mencium keningku lalu memelukku.
Aku merasakan bau tubuhnya yang hangat, aku pejamkan mataku dan merasakan pelukannya yang mesra. Tak lama, aku merasakan sesuatu yang basah menempel di bibirku. Randi menciumku.

***

6 bulan berlalu begitu cepat, banyak yang aku lewati bersama Randi. Kami tertawa bersama, menangis bersama dan berbagi cerita.
Namun, 2 bulan yang lalu aku kehilangan semuanya, kehilangan raga itu, kehilangan tawa itu, kehilangan tangis itu dan kehilangan saat berbagi itu namun aku tau aku tidak pernah kehilangan cinta itu.
Randi pergi, pergi selamanya karena Tuhan telah memanggilnya.
Bagiku Randi malaikat, pahlawan dan sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Bagaimanapun orang lain menilainya Randi tetap menjadi Randi yang aku kenal.

Tak ada tangis untuk kepergiannya karena dari awal aku tau bahwa semua yang hidup akan kembali padaNya.
Aku menatap pusaranya, menatap nisannya dengan senyuman.
"My Randi My hero, you're still in my heart"



Terinspirasi dari sebuah buku "Waktu Aku sama Mika" - Indi :)

0 komentar on "Petarung AIDS-ku :)"

Posting Komentar

Kamis, 24 Maret 2011

Petarung AIDS-ku :)

Karya : Altha Swita Abrianto di 4:13 PM
Namanya Randi, seorang pengidap penyakit AIDS yang aku kagumi. Seorang laki-laki yang lahir 23 tahun lalu dari seorang Ibu yang cantik dan seorang Ayah yang sangat bertanggung jawab. Dia pahlawanku, bukan cuma pendapatku tapi juga bagi oranglain yang mengenalnya.

Aku mengenalnya 8 bulan yang lalu saat aku sedang ditugaskan oleh guru sosialku berkunjung ke lembaga AIDS untuk mencari tau bagaimana sosialisasi mereka. Randi tipe orang yang lebih suka menyendiri, saat aku tau aku harus mewawancarainya rasa takut dan canggung itu menghampiri. Beberapa kali aku mencoba membuat suasana nyaman bagi diriku sendiri namun gagal.

Suasana itu sedikit mencair saat aku tertawa mendengar jawabannya yang memang nyeleneh, dia melihatku aneh saat aku tertawa namun sesaat kemudian ia ikut tertawa dan kami mulai akrab satu sama lain.
Seminggu lebih aku sering datang kesana, hanya untuk sekedar mengobrol dengannya.

Seminggu aku mengenalnya, aku tak pernah tau mengapa ia mengidap penyakit AIDS. Bukannya tak mau bertanya, aku tak mau mengganggu privacy-nya karena bagiku privacy seseorang itu lebih penting di bandingkan rasa ingin tahuku yang besar. Yang aku tau, dia seorang yang tegar, tabah dan penyayang.

Aku ingat betul hari itu, hari dimana untuk pertama kalinya ia mengajakku menonton sebuah film. Ia menggandeng tanganku, seolah-olah ia tak mau melepasnya.
Ia mengantri, membelikan tiket dan memilih tempat duduk. Aku yang memperhatikannya tersenyum dan baru sadar betapa manisnya wajah itu.
Bekas luka di pelipisnya membuatnya semakin manis, apalagi senyumnya. Tawanya yang kadang lepas membuatku senang karena Randi orang yang jarang tertawa.

Randi masih tetap memegang tanganku, masih tak ingin di lepasnya walaupun kami masuk ke studio film dan duduk di bangku masing-masing. Jujur, jantungku mendadak berdegup cepat saat dia makin erat menggenggam tanganku, aku tak berani menatapnya. Sampai film diputar Randi tidak melepaskan tanganku, disela-sela film yang diputar ia mendekat ke telingaku dan membisikkan sesuatu.
Aku diam. Tak mampu menjawab, mendadak aku tidak konsen dengan film yang diputar.

***

Randi masih tetap memegang tanganku namun kali ini dengan menatap wajahku yang sudah memerah sejak tadi. Film tadi telah usai sejam yang lalu, dia membawaku ke suatu tempat dimana hanya ada aku, dia dan alam. Aku ingin memalingkan wajahku dan menghindar dari tatapan matanya, namun aku tak mampu dan akhirnya aku pasrah dengan tatapannya itu.

"Jadi? Kepastiannya?" Tanyanya padaku. DEG!. Jantung ini makin berdetak cepat, ia menanyakan jawaban atas pertanyaan tadi di bioskop.
Aku garuk-garuk kepala "Hmm, emang harus dijawab sekarang ya?" Tanyaku polos sambil nyengir, Randi menggeleng. Aku mengangguk, menandakan aku menjawab iya atas pertanyaannya tadi. Randi tersenyum, dia mencium keningku lalu memelukku.
Aku merasakan bau tubuhnya yang hangat, aku pejamkan mataku dan merasakan pelukannya yang mesra. Tak lama, aku merasakan sesuatu yang basah menempel di bibirku. Randi menciumku.

***

6 bulan berlalu begitu cepat, banyak yang aku lewati bersama Randi. Kami tertawa bersama, menangis bersama dan berbagi cerita.
Namun, 2 bulan yang lalu aku kehilangan semuanya, kehilangan raga itu, kehilangan tawa itu, kehilangan tangis itu dan kehilangan saat berbagi itu namun aku tau aku tidak pernah kehilangan cinta itu.
Randi pergi, pergi selamanya karena Tuhan telah memanggilnya.
Bagiku Randi malaikat, pahlawan dan sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Bagaimanapun orang lain menilainya Randi tetap menjadi Randi yang aku kenal.

Tak ada tangis untuk kepergiannya karena dari awal aku tau bahwa semua yang hidup akan kembali padaNya.
Aku menatap pusaranya, menatap nisannya dengan senyuman.
"My Randi My hero, you're still in my heart"



Terinspirasi dari sebuah buku "Waktu Aku sama Mika" - Indi :)

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting