Minggu, 27 Maret 2011

Surat Untuk Presiden

Diposting oleh Altha Swita Abrianto di 8:57 PM
Namaku Amir, bocah berumur 12 tahun yang hidup dengan ibuku di suatu pemukiman miskin sudut Ibukota. Ayahku meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan, aku mempunyai seorang adik perempuan berumur 6 tahun.
Aku yang duduk di bangku kelas 6 SD sering membantu ibuku bekerja, beliau bekerja sebagai tukang cuci rumah-rumah warga. Tidak tega dengannya aku  ikutan mencari uang setelah pulang sekolah, menjadi seorang buruh angkut di pasar dekat rumahku.

Kadang beliau marah melihatku bekerja namun ini pilihan hidup kami, kalau saja aku dilahirkan sebagai anak seorang kepala pemerintahan aku tidak akan begini. Aku juga memikirkan keadaan adikku yang harus makan-makanan yang bergizi, aku tidak tega melihatnya hanya makan tahu-tempe setiap hari.

Tahun ini aku akan menamatkan sekolahku dan berniat melanjutkannya namun kendala biaya menjadi penyebab utamanya, ibuku jadi lebih sering bekerja untuk menambah biaya masuk sekolahku nanti. Aku juga tidak berpangku tangan, sebelum menjadi buruh angkut aku bekerja sebagai pengantar koran sore ke rumah-rumah.
Sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan sekolahku, kasihan ibuku. Namun beliau memaksa, katanya aku harus menjadi orang pintar supaya bisa menjadi kaya.

Ditiap sembahyangku aku selalu berdoa kepada Tuhan agar meringankan beban kami, meringankan beban ibuku. Namun Tuhan belum mengabulkan doaku. Ibu selalu menangis di tiap sembahyangnya, aku makin tidak tega.
Sore ini aku menulis surat, surat untuk orang penting. Orang nomor 1 di Indonesia dan aku harap dia mau membacanya.
Aku tulis rapi suratku agar dia mau menerimanya, aku selipkan kalimat-kalimat indah yang aku pelajari di sekolah.

Aku bercerita tentang kehidupanku, kehidupan rakyat miskin yang susah untuk mencari sesuap nasi. Mungkin apa yang aku tulis mewakili perasaan semua masyarakat kelas bawah.
Aku bertanya, inikah janji presiden kala masih menjadi calon? Harusnya janji itu ditepati, janji mensejahterakan masyarakatnya.
Jujur, kami sebagai kalangan miskin merasa diasingkan dan merasa tidak di perhatikan padahal pada saat pemilihan suara kami juga di pakai.

Pemerintah terlalu sibuk dengan urusan kenaikan gaji dan pembangunan gedung baru. Sedangkan untuk membuat rakyat sejahtera? Cuma janji. Pemerintah bagiku bodoh, mereka pikir kita makan dengan janji mereka?
Sejenak ku pandangi tulisanku kemudian aku melanjutkannya dengan beberapa kalimat.

Selesai sudah surat itu, aku melipatnya dan memasukkannya ke amplop. Kuberikan nama dan tujuan di amplop tersebut. Aku berjalan ke kantor Pos dan menyerahkannya kepada petugas.
Dia sempat bingung saat membaca nama di amplopnya "untuk Presiden dari seorang anak kecil dari golongan bawah yang meminta keadilan" kataku padanya kemudian aku berjalan keluar kantor Pos yang sendirian di depan mejanya sambil memandangi suratku.


Untuk Pemerintah, dari seorang remaja berumur 18 tahun yang meminta keadilan

0 komentar on "Surat Untuk Presiden"

Posting Komentar

Minggu, 27 Maret 2011

Surat Untuk Presiden

Karya : Altha Swita Abrianto di 8:57 PM
Namaku Amir, bocah berumur 12 tahun yang hidup dengan ibuku di suatu pemukiman miskin sudut Ibukota. Ayahku meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan, aku mempunyai seorang adik perempuan berumur 6 tahun.
Aku yang duduk di bangku kelas 6 SD sering membantu ibuku bekerja, beliau bekerja sebagai tukang cuci rumah-rumah warga. Tidak tega dengannya aku  ikutan mencari uang setelah pulang sekolah, menjadi seorang buruh angkut di pasar dekat rumahku.

Kadang beliau marah melihatku bekerja namun ini pilihan hidup kami, kalau saja aku dilahirkan sebagai anak seorang kepala pemerintahan aku tidak akan begini. Aku juga memikirkan keadaan adikku yang harus makan-makanan yang bergizi, aku tidak tega melihatnya hanya makan tahu-tempe setiap hari.

Tahun ini aku akan menamatkan sekolahku dan berniat melanjutkannya namun kendala biaya menjadi penyebab utamanya, ibuku jadi lebih sering bekerja untuk menambah biaya masuk sekolahku nanti. Aku juga tidak berpangku tangan, sebelum menjadi buruh angkut aku bekerja sebagai pengantar koran sore ke rumah-rumah.
Sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan sekolahku, kasihan ibuku. Namun beliau memaksa, katanya aku harus menjadi orang pintar supaya bisa menjadi kaya.

Ditiap sembahyangku aku selalu berdoa kepada Tuhan agar meringankan beban kami, meringankan beban ibuku. Namun Tuhan belum mengabulkan doaku. Ibu selalu menangis di tiap sembahyangnya, aku makin tidak tega.
Sore ini aku menulis surat, surat untuk orang penting. Orang nomor 1 di Indonesia dan aku harap dia mau membacanya.
Aku tulis rapi suratku agar dia mau menerimanya, aku selipkan kalimat-kalimat indah yang aku pelajari di sekolah.

Aku bercerita tentang kehidupanku, kehidupan rakyat miskin yang susah untuk mencari sesuap nasi. Mungkin apa yang aku tulis mewakili perasaan semua masyarakat kelas bawah.
Aku bertanya, inikah janji presiden kala masih menjadi calon? Harusnya janji itu ditepati, janji mensejahterakan masyarakatnya.
Jujur, kami sebagai kalangan miskin merasa diasingkan dan merasa tidak di perhatikan padahal pada saat pemilihan suara kami juga di pakai.

Pemerintah terlalu sibuk dengan urusan kenaikan gaji dan pembangunan gedung baru. Sedangkan untuk membuat rakyat sejahtera? Cuma janji. Pemerintah bagiku bodoh, mereka pikir kita makan dengan janji mereka?
Sejenak ku pandangi tulisanku kemudian aku melanjutkannya dengan beberapa kalimat.

Selesai sudah surat itu, aku melipatnya dan memasukkannya ke amplop. Kuberikan nama dan tujuan di amplop tersebut. Aku berjalan ke kantor Pos dan menyerahkannya kepada petugas.
Dia sempat bingung saat membaca nama di amplopnya "untuk Presiden dari seorang anak kecil dari golongan bawah yang meminta keadilan" kataku padanya kemudian aku berjalan keluar kantor Pos yang sendirian di depan mejanya sambil memandangi suratku.


Untuk Pemerintah, dari seorang remaja berumur 18 tahun yang meminta keadilan

0 komentar:

Posting Komentar

Copy Paste hukumannya di penjara 5 tahun lho :). Diberdayakan oleh Blogger.
 

A L T R I S E S I L V E R Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting