Jungsoo mengedarkan pandangannya
kearah jalanan yang tampak penuh namun pikirannya melayang pada satu nama yang
selama 4 tahun ini selalu melekat dalam benaknya. Shin Min Young. Gadis itu
mampu memporak-porandakan seluruh perasaannya saat ini.
Ia pergi disaat dirinya mengalami
koma setelah kecelakaan yang dialaminya dengan gadis itu. Ibunya sendiri yang
mengatakan kalau gadis pujaannya itu menikah dengan pria lain bernama Choi
Siwon saat ia baru saja bangun dari komanya. Jungsoo tak bisa berbuat banyak
saat itu karena kondisi badannya yang tidak memungkinkan.
Sebuah cappuccino hangat tersaji didepannya membuyarkan lamunannya.
Jungsoo menyeruput minumannya sebelum memalingkan wajahnya lagi keluar jendela
café. Diingatannya masih jelas terbayang wajah manis gadis yang sudah
menemaninya selama setahun itu.
Tak ada kekecewaan dalam hatinya
saat mengetahui gadisnya dinikahi pria lain. Ia bahkan menyesali dirinya karena
ketidakmampuannya menjaga gadis itu. Ditatapnya seorang wanita sambil
menggandeng tangan seorang anak perempuan yang berumur sekitar 4 tahun berjalan
ditengah keramaian.
Entah kenapa wajah wanita itu
mengingatkan Jungsoo lagi pada sosok Min Young. Senyumnya, parasnya dan caranya
tertawa benar-benar mirip mantan kekasihnya itu. Ada ketukan hati Jungsoo yang
menyuruhnya untuk mengikuti wanita itu dan anaknya.
Jungsoo mengeluarkan dompetnya
dan menaruh beberapa lembar uang won diatas
meja dan meninggalkan segelas cappuccino
hangat yang masih tersisa separuh hanya untuk bergegas mengikuti wanita tadi.
Ia merasa seperti ada magnet
ditubuh wanita itu hingga ia mampu menarik Jungsoo. Sama seperti pesona Min
Young yang menarik Jungsoo kala itu.
Jungsoo mempercepat langkahnya
setelah merasa tertinggal jauh dari wanita itu lalu ia memperlambat langkahnya
saat merasa jaraknya terlalu dekat. Rambut panjang wanita itu sangat mirip
dengan rambut yang dimiliki Min Young. Ia akui semua wanita bisa saja memiliki
rambut sepanjang itu namun ia yakin sekali wanita ini mirip sekali dengan
mantan kekasihnya itu.
“Eomma, aku mau pelmen,” ucap anak kecil yang digandeng wanita tadi
setelah melihat sebuah stan permen lollipop dipinggir jalan. Wanita tadi hanya
tersenyum lalu menepi ke stan permen tersebut. “Jangan makan banyak-banyak ya,
gigimu bisa rusak.”
DEG
Jantung Jungsoo berdetak kencang
saat mendengar suaranya. Itu suara Min Young. Ia yakin itu suara Min Young!
Kedua perempuan itu melanjutkan
kembali langkah mereka. Jungsoo masih setia mengikuti mereka. Diperhatikannya
lagi lekuk tubuh wanita tadi agar ia tidak salah mengenali. “Min Young,”
panggilnya lirih saat mereka memasuki sebuah gang sepi.
Langkah wanita tadi perlahan
berhenti seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Ia menoleh kebelakang
dan mendapatkan sosok Jungsoo –Pria yang dirindukannya selama 4 tahun ini berada
di hadapannya dan memandangnya dengan pancaran kerinduan.
Jungsoo melangkah mendekati
wanita tadi. “Kau benar-benar Min Young?” tanyanya lirih sambil mencoba
menyentuh wajah Min Young.
“Eomma,” suara gadis kecil tadi seakan mencegah Jungsoo menyentuh wajah
Min Young. Ia memandang Min Young dan Jungsoo tak mengerti. “Ini anakmu?” tanya
Jungsoo.
Min Young takut-takut
menganggukkan kepalanya. Jungsoo menurunkan pandangannya memandang jalanan
aspal yang hitam pekat. Matanya panas menahan airmata. “Anakmu dengan Siwon?”
tanya Jungsoo lagi dengan nada bergetar.
Min Young membelalakkan matanya
tak percaya. “Siwon? Maksudmu Choi Siwon?” Min Young mencoba mengira-ngira
maksud pertanyaan Jungsoo barusan.
Pria itu mengangguk perlahan.
Airmatanya sudah jatuh membasahi pipinya. “Aku tidak pernah menikah dengan
siapapun, Jungsoo.”
-ooOOoo-
Flasback
Min Youn terisak dikamarnya. Kecelakaan yang baru saja menimpa dirinya
dan kekasihnya mengakibatkan hal yang fatal. Jungsoo koma karena benturan yang
sangat kuat yang dialaminya tadi. Mereka hendak pergi berlibur menikmati musim
panas disudut kota Incheon namun sayangnya mereka harus merasakan kerasnya
dihantam truk besar
Tak lama terdengar suara ketukan pintu di kamarnya. Min Young menghapus
airmatanya. “Masuklah,” ujarnya dengan suara parau. Pintu mulai terbuka dan
menunjukkan sosok wanita paruh baya yang dikenalnya. Wajahnya menunjukkan
kekecewaan sekaligus kesedihan yang mendalam
Min Young bisa mengerti bagaimana perasaan ibu Jungsoo saat ini. Ia
juga merasakan hal yang sama saat ini. “Omonim,” panggil Min Young pelan saat langkah ibu Jungsoo semakin mendekat
keranjangnya. Ia menghela nafasnya seakan ia susah untuk menghembuskan nafasnya
dikamar Min Young.
Ditatapnya nanar wajah gadis yang menyebabkan semuanya terjadi. Sejak
awal dia memang tidak menyukai hubungan anaknya dengan gadis yang dianggapnya
pembawa sial itu. “Kau menyelakai putraku,” ujarnya sengit membuat Min Young
mengatup mulutnya.
“Jangan pernah temui ia lagi. Jangan pernah muncul didalam keluarga
kami lagi!” suaranya kian meninggi membuat gadis yang ditatapnya bahkan tak
mampu bergerak sedikitpun. “Ta-Tapi aku mencintainya,” isakan tangis mulai
terdengar disela kalimatnya.
Ibu Jungsoo membuang pandangannya menatap lampu yang berada diatas meja
kecil disamping tempat tidur Min Young.
“Berhenti mencintainya. Jungsoo tak butuh cinta dari wanita sepertimu!”
suara wanita paruh baya itu penuh kebencian kepada Min Young membuat gadis itu
menangis semakin tersedu diatas ranjangnya.
Langkah wanita tua tadi perlahan menghilang dari pendengarannya
menyisakan tangis yang kian dalam untuk keputusannya.
-oo-
Min Young membereskan pakaiannya sebelum pergi dari rumah sakit.
Keadaan Jungsoo masih sama seperti kemarin-kemarin, seakan tak ada harapan baginya
untuk bisa membuka mata. Min Young menghela nafasnya sambil menutup resleting
tasnya. Ia kemudian melangkah meninggalkan kamarnya menuju kamar Jungsoo.
Ia ingin melihat Jungsoo sebelum ia benar-benar pergi dari kehidupan
pria itu seperti permintaan ibunya. Min Young berjalan menunduk saat semakin
dekat dengan kamar kekasihnya itu. Ia takut kedatangannya ditolak oleh ibu
Jungsoo.
Kaki gadis itu berhenti tepat didepan pintu kamar Jungsoo. Tidak ada
siapa-siapa disana, ia rasa keluarga Jungsoo sedang berada diluar. Min Young
memegang pedal pintu namun ia kembali menurunkannya.
“Maafkan aku Jungsoo-ya, aku
mencintaimu namun sepertinya cintaku padamu adalah salah. Aku harap kau bisa
menemukan wanita selain aku. Sebenarnya ada satu hal bahagia yang ingin
kusampaikan saat kau sadar nanti namun sepertinya aku harus memendamnya sendiri
saja. Saranghae Jungsoo. Sampai
bertemu lagi suatu saat nanti.”
Min Young menghentikan pembicaraannya dengan pintu putih dihadapannya
dan berharap Jungsoo mendengar semua perkataannya barusan. Ia kemudian menghela
nafasnya dan menganggap dirinya sendiri adalah orang bodoh.
Min Young memegang perutnya sekilas kemudian berjalan meninggalkan
kamar itu sebelum ibu Jungsoo datang dan mengusirnya.
Langkah Min Young semakin menjauh dari tempat Jungsoo. Sementara didalam
kamarnya Jungsoo mulai menunjukkan sedikit pergerakan di tangannya. Matanya
perlahan terbuka dan menatap langit-langit kamar rumah sakit. Kepalanya masih
berputar menimbulkan kebingungan didirinya.
Dicarinya sebuah alat pemanggil suster lalu ditekannya berulang kali.
Tak lama seorang dokter dan beberapa suster masuk kekamarnya lalu mengecek
kondisi badannya.
Yang ada dipikiran Jungsoo saat ini adalah kekasihnya. Shin Min Young
yang suaranya baru saja terdengar dan berjanji akan mengatakan sesuatu yang
bahagia. Jungsoo menggumamkan sesuatu yang bahkan tak bisa terdengar jelas.
Tiba-tiba sebulir airmata mengalir dari matanya untuk alasan yang tidak ia
ketahui.
-oo-
Jungsoo meringkuk di pojok kamarnya yang sekarang berantakkan karena
ulahnya sendiri. Ibunya baru saja menyerahkan sebuah undangan pernikahan
kepadanya. Mungkin jika sahabat atau temannya yang menikah ia akan ikut bahagia
namun pada kenyataannya ia melihat nama kekasihnya sendiri di undangan
tersebut.
“Kenapa Min Young? Apa salahku!” sungutnya penuh kemirisan dan isakan
tangisnya. Wajahnya mulai memerah karena terlalu lama menangis.
Ditelungkupkannya kepalanya diatas kasurnya tanpa menghentikan tangisnya. Namun
sedetik kemudian ia menyimpulkan sendiri alasan mengapa Min Young memilih pria
bernama Choi Siwon itu.
Ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju jendela kamarnya. Matanya
yang bengkak menerawang ingatannya kembali dan menyesali apa yang telah
terjadi. “Andai aku tidak mengajakmu pergi saat itu dan andai kita tidak
mengalami kecelakaan itu. Mungkin kau sekarang masih berada disisiku Min
Young,” gumam Jungsoo pada semilir angin yang menerpanya.
Sebuah ketukan pintu mengejutkan pria itu. “Masuklah,” perintahnya.
Terdengar suara pintu terbuka dan tapakan kaki mendekatinya. “Kamarmu berantakkan
sekali Jungsoo-ya,” suara ibunya
sedikit tercekat saat melihat mata Jungsoo yang membengkak. “Biarkan saja,”
jawab Jungsoo begitu ketus membuat ibunya berdecak.
Hanya karena ditinggal wanita tak tahu diri itu sikap anaknya kini
berubah drastis kepadanya. “Kau tidak perlu sedih. Ibu punya pengganti Min
Young untukmu,” ujar ibunya penuh dengan kesombongan. Jungsoo masih menatapnya
dengan wajah datar.
Dengan lembut ibu Jungsoo membelai lembut kepala anaknya. “Gadis ini
bahkan lebih cantik
dibanding gadismu dulu Jungsoo. Kau pasti akan
menyukainya.”
Jungsoo menepis pelan tangan ibunya yang masih membelai kepalanya. Ada
perasaan ingin menolak didalam hatinya namun ia tidak mempunyai alasan jelas
untuk melakukan hal itu. “Siapa namanya?” tanya Jungsoo membuat mata ibunya
terbelalak bahagia karena bujukkannya berhasil.
“Namanya Han Min Yeul. Dia gadis keturunan China, keluarganya sangat
terpandang di China. Dia bahkan sedang melanjutkan studinya di Amerika,” jawab
ibunya penuh dengan semangat namun tatapan Jungsoo tetap sama. Kosong.
“Kalau dia sedang studi lalu bagaimana aku bisa bertemu dengannya?”
tanya Jungsoo lagi berharap pertanyaannya kali ini bisa membuat ibunya
menyudahi cerita panjangnya namun ternyata dugaan pria itu salah. Ibunya justru
menjawab semakin lebar, “Kau tenang saja. Keluarganya sengaja membawanya pulang
dulu untuk bertemu denganmu. Setelah kalian bertemu dan merasa cocok, dia bisa
pulang ke Amerika dan setelah studinya selesai kami akan mempersiapkan pesta
pernikahan kalian.”
“Bagaimana kalau kami tidak merasa cocok?” tanya Jungsoo langsung
membuat ibunya terkejut. Namun raut tadi berubah lagi menjadi senyum licik yang
amat dikenal Jungsoo. “Kau pasti akan menyukainya, percayalah.”
-oo-
“Lalu kau menikah?” Min Young
memotong cerita Jungsoo. Pria itu menggeleng, “Dengarkan ceritaku dulu sampai
selesai,” pintanya.
Min Young mengangguk sambil
mengusap kepala gadis kecil yang kini tidur dipangkuannya. Jungsoo menatap
gadis kecil itu lembut. “Jadi ini anakku?” tanya Jungsoo memecahkan kesunyian
diantara mereka.
Min Young mengangguk. “Siapa
namanya?” tanya Jungsoo lagi sambil tersenyum.
“Park Hye Jung,” jawab Min Young.
Jungsoo mengalihkan pandangannya menatap Min Young. “Kau memberikan nama yang
indah untuknya.”
Wajah Min Young memerah mendengar
pujian Jungsoo. Sudah hampir 4 tahun tak bertemu detak jantungnya berdetak
lebih cepat masih seperti dulu. “Tunggu. Bagaimana bisa dia lahir setelah
kecelakaan yang menimpa kita?”
Min Young menghela nafasnya. Ia
yakin Jungsoo akan menanyakan hal ini. “Kau ingat saat truk akan menghantam
mobil kita, kau tiba-tiba melepas seatbelt
lalu memelukku dengan cepat? Aku rasa hal itu yang menyelamatkan Hye Jung.
Dokter dirumah sakit juga bilang kalau iya tidak menyangka kalau kandunganku
selamat,” cerita Min Youn panjang lebar.
Jungsoo membulatkan bola matanya.
Ia tak percaya apa yang dilakukannya untuk melindungi Min Young ternyata juga
melindungi anaknya. Jungsoo menipiskan jaraknya dengan wajah anaknya lalu
mengecup lembut kening Hye Jung membuat gadis kecil itu menggerakkan sedikit
badannya.
“Matanya mirip denganmu,” puji
Jungsoo.
“Tapi senyumnya lebih mirip
denganmu,” lanjut Min Young membuat Jungsoo terkekeh pelan. Keduanya kini
saling diam saat Jungsoo menghentikan tawanya. Mereka saling memandang. “Kau
mau menikah denganku?” tanya Jungsoo tiba-tiba.
Min Young terkejut mendengar
pertanyaan Jungsoo, ingin sekali ia mengangguk menyetujuinya namun ia kembali
dengan larangan ibu Jungsoo.
“Tapi ibumu?”
Jungsoo menghela nafasnya berat
lalu menatap Min Young. “Ada satu hal yang membuatnya menyesal telah menolak
kehadiranmu dulu, Min Young-a.”
-ooOOoo-
Jungsoo sedang mengetik laporan pekerjaannya dilaptopnya saat ibunya
masuk kedalam rumah dan secara tiba-tiba membanting tubuhnya diatas sofa empuk
diruang tengah. Jungsoo menoleh sekilas lalu meneruskan kembali pekerjaannya.
Ia yakin ibunya sedang kalah dengan wanita paruh baya lain yang
mendapatkan kalung berlian limited edition dan bukan barang baru lagi kalau sekarang ibunya kesal seperti ini. Jungsoo
memilih bungkam daripada harus bertanya dan mendapat semburan keras yang
mengoyakkan telinganya.
“Jungsoo, ibu rasa kau seharusnya membatalkan pernikahanmu,” suara
ibunya dikeheningan diantara mereka terdengar membuat Jungsoo menghentikan
kegiatannya. Hatinya bersorak riang namun ia tidak mau menunjukkannya.
“Waeyo?” tanya Jungsoo.
Terdengar suara desahan berat ibunya sebelum berbicara, “Min Yeul
dihamili mantan kekasihnya. Kedua orangtuanya berusaha menyembunyikan ini
makanya mereka memaksa ibu menikahkan kalian secepat mungkin,” jelas ibu
Jungsoo dengan perasaan sedih.
“Ibu tak sengaja mendengar pembicaraan ibu Min Yeul yang sedang
menelpon anaknya dan membicarakan kandungan anaknya itu,” lanjut wanita paruh
baya itu lagi. Kali ini giliran Jungsoo yang menghela nafasnya. “Lalu apa yang
harus kulakukan?” tanyanya kemudian.
“Kau tidak perlu melakukan apapun, biar ibu yang membicarakan semuanya.
Biar bagaimanapun ini semua salahku,” ujarnya masih dengan nada yang sama. “Min
Young ternyata masih lebih baik untukmu.”
Jungsoo mengerutkan keningnya. Ia yakin ibunya baru saja mengatakan
sesuatu tentang Min Young. Dilihatnya wanita paruh baya itu yang mulai beranjak
dan masuk kedalam kamarnya lalu tersenyum. “Kau memang salah menilai Min Young,
ibu.”
-oo-
“Min Young-a hari semakin gelap, aku lebih baik mengantar kalian pulang,” ujar
Jungsoo saat mengakhiri ceritanya. Min Young menatap langit dan membenarkan
perkataan pria itu. Dipalingkan tatapannya lagi ke Hye Jung yang masih tertidur
pulas dipangkuannya.
“Kau tidak perlu mengantar kami Jungsoo-ya,” Min Young menggendong Hye Jung lalu
bangkit dari duduknya diikuti oleh Jungsoo. “Wae? Aku tidak ingin kalian kenapa-kenapa dijalan,” sanggahnya
mencoba membujuk Min Young lagi.
“Rumahku terlalu kecil. Aku takut
kau tidak menyukainya,” ucap Min Young sambil tersenyum namun Jungsoo tetap
ngotot untuk mengantar mereka pulang dan pada akhirnya wanita itu memang tidak
bisa menolak permintaan Jungsoo.
Suasana hening menjadi atmosfer
utama sepanjang perjalanan mereka menuju rumah Min Young. Bahkan keduanya masih
mengatup bibir mereka ketika Jungsoo meletakkan Hye Jung di kasur kecilnya.
“Sudah berapa lama kau tinggal
disini?” tanya Jungsoo sambil melihat sekeliling rumah Min Young yang kecil,
hanya ada satu kamar didalam rumah itupun tidak cukup untuk ditiduri Min Young
dan Hye Jung yang mulai tumbuh besar.
“hampir 4 tahun sejak aku
memutuskan untuk meninggalkanmu,” jawab Min Young dengan nada sedih. Jungsoo
menatap wanita dihadapannya dengan tatapan sedih, ia malu pada Min Young yang membesarkan
anaknya seorang diri sedangkan dia hidup enak-enakkan tanpa memikirkan apa yang
dimakan mereka sehari-hari.
Jungsoo meraih tangan Min Young
dan menggenggamnya erat. “Maafkan aku Min Young-a, maafkan aku yang tidak pernah mencarimu. Maafkan aku yang tidak
pernah tahu kenyataan yang terjadi. Maafkan aku sudah menelantarkanmu dan Hye
Jung,” ucapnya memelas membuat airmata Min Young menetes.
“Kau tidak perlu meminta maaf
Jungsoo-ya. Aku mengerti kondisimu
saat itu,” Min Young memberanikan dirinya mengusap lembut wajah Jungsoo yang
menunduk dan perlahan terisak.
“Kumohon, kembalilah padaku Min
Young. Kembalilah dan menikahlah denganku, kau tidak perlu tinggal ditempat
kecil seperti ini lagi. Aku berjanji, aku berjanji akan membahagiakanmu,”
Jungsoo terisak membuat
Min Young semakin deras mengeluarkan airmatanya. Ia tak
tahu harus menjawab apa.
Jungsoo menatap Min Young dan
menghapus airmata di pipi wanita itu. “Aku takut Jungsoo. Aku takut keluargamu
menolakku lagi,” Min Young meragukan keyakinan yang diberikan oleh Jungsoo.
“Aku tidak akan membiarkan mereka
mengusirmu lagi dari hidupku. Aku tak akan hanya duduk dan berdiam diri
melihatmu menderita seorang diri membesarkan Hye Jung. Kalaupun mereka
menolakmu lagi aku akan tetap bersamamu, bagaimanapun keadaannya aku akan tetap
bersamamu dan Hye Jung sampai kapanpun.”
Airmata Min Young semakin tumpah
tak terkendali mendengar semua ucapan Jungsoo. Keraguan yang tadi sempat
merasuk ke dalam hatinya kini menguap menyisakan keyakinan yang begitu pasti.
Isakan tangisnya perlahan mereda
dan sebuah sunggingan senyum terbingkai indah di wajah manisnya. “Aku mau
menikah denganmu.”
-ooOOoo-
Suara iringan pernikahan mengaung
diseluruh gereja tempat dimana Min Young berjalan diiringi tebaran bunga yang
dilempari gadis kecil kesayangannya menuju altar tempat kekasih yang akan
menjadi suami seumur hidupnya menunggu dengan senyuman yang selalu memabukkan
baginya.
Perlahan Jungsoo mengulurkan
tangannya kehadapan wanita itu saat gadis kesayangan mereka menepi didekat
neneknya yang tengah tersenyum haru. Diraih dan digenggamnya erat tangan
Jungsoo yang mulai berkeringat karena grogi.
Keduanya menghembuskan nafas
bersamaan saat akan memulai mengucapkan janji abadi mereka. “Mulai sekarang
kalian adalah pasangan suami-isteri yang sah,” ucapan pendeta yang diikuti
suara tepuk tangan riuh tamu undangan melegakan kedua pasangan diatas altar
itu.
Keduanya kembali berhadapan dan
menyematkan cincin di jari manis masing-masing menandakan berakhirnya masa lalu
juga penantian mereka dan mengawali kehidupan baru penuh kebahagiaan.
Suara tepuk tangan kembali
bergemuruh saat keduanya melepas ciuman hangat mereka. “Aku tak akan
membiarkanmu pergi lagi. Aku berjanji,” ucap Jungsoo sebelum ia kembali melumat
bibir Min Young.
THE END.